Kejahatan seksual begal payudara yang terjadi beberapa hari lalu di Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati menjadi perhatian serius oleh semua pihak. Bukan hanya itu saja, sebelumnya juga terjadi kejadian yang sama yaitu di Kecamatan Pati.
Kejadian tersebut menjadi pertanda bahwa pola sosialisasi pengetahuan terkait seksual belum sempurna. Bahkan bisa jadi, mindset pengetahuan seksual mungkin adalah hal yang tabu untuk dibicarakan di tempat umum. Sehingga, tidak ada pembicaraan di tempat publik, namun justru berakibat buruk di belakangnya.
Bagaimana tidak, Kabupaten Pati yang notabenenya adalah bukan kota Metro, justru sudah mengkonsumsi praktik amoral ini dengan kejadian begal payudara. Tidak ada tedeng aling-aling perilaku bejat ini dilakukan di tengah jalan umum.
Terlebih, era globalisasi saat ini dengan derasnya arus informasi yang beredar di sosial media. Turut menjadi penyumbang kejahatan amoral di Bumi Mina Tani, bahkan di tempat lain. Tidak adanya proteksi yang ketat di dalamnya. Sehingga, kecanggihan komunikasi dan Informatika jika tidak dibarengi dengan pengetahuan seksual ini akan memicu penyelewengan sosial.
Lantas, jika tidak ada upaya serius dari bidang perlindungan perempuan Dinas Sosial setempat terkait internalisasi pengetahuan seksual dikhawatirkan akan terjadi dan terulang kembali. Pasalnya, pada umur remaja merupakan usia dimana rasa keinginan tahuannya cenderung tinggi.
Selain itu, upaya pemerintah juga harus didukung dengan pesan nilai-nilai yang disebarkan oleh lembaga ke-informasi-an selaku yang berwenang terhadap pola penyebaran arus informasi teknologi. Dengan upaya filterisasi diharap mampu membentengi dan memprotek konten-konten yang tidak informatif.
Jika tidak ada upaya bersama untuk memerangi kejahatan seksual oleh pemerintah. Lantas bagaimana kita akan menyandarkan kebijakan tersebut. Ataukah justru kejadian serupa akan terulang kembali dengan modus yang lainnya. Dan barangkali pelaku tidak menginginkan uang melainkan bentuk tubuh seseorang!!!
