Sega Galenng Muncul dalam Haul Mbah Demang Bakaran Kulon

Warga Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana Pati dalam memperingati haul Ke-10, Mbah Demang Bakaran, Semalam (Rabu/25)/semalam  menywdiakan ”nasi galeng” atau nasi yang ditata memanjang merupai pematang sawah, untuk dinikmati bersama seluruh warga.(Foto:SN/dok-har-sn)


SAMIN-NEWS.COM  UNTUK  makan bersama dengan makanan lengkap lauk-pauknya di atas lembaran daun pisang yang dibuat per kelompok, hal itu hal biasa. Akan tetapi, di Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Pati Rabu (25/9) kemaein atau semalam warga memunculkan gagasan baru yang sudah barang tentu baru kali pertama berlangsung, yaitu membuat ”sega galeng” atau nasi yang ditata memanjang mirip pematang di sawah, untuk dinikmati bersama seluruh warga.
Hal tersebut berkait dengan penyelanggaraan haul Ke-10 Mbah Demang Bakaran Kulon yang kini mulai dibakukan sebagai ritual budaya dengan mengambil makna filosifi kebersamaan dan kerukunan antarwarga. Karena itu yang ikut menepung dalam ”kembulbujana andra mina ini adalah semua warga, laki perempuan, tua muda hingga anak-anak pun tak ketinggalan.

Mengingat warga yang berkumpul untuk makan bersama ini cukup banyak, maka panitia tentu memilih tempat yang sekiranya mampu menampung mereka. Karena itu dipilihlah sebuah jalan desa yang beraspal mulus di wilayah RT 03/RW 02, dan seperti biasa selesai warga memanjatkan doa agar desanya tetap dijauhkan dari segala aral, dan warga pun diberi kemurahan rezeki dan kemudahan dalam berusaha, mereka yang sudah saling beradapan tidak diperbolehkan saling berebut, tapi ”nasi galeng.” itu harus dinikmati bersama.

Dengan demikian, semua mendapat berkah karena untuk menyediakan ”nasi galeng” sepanjnang lebih dari 100 meter itu juga dikerjakan saling bekerja sama atau hasil gotong-royong antarwarga. Selesai kenduri dn makan bersama ”nasi galeng,” bagi warga yang masih mempunyai tanggung jawab untuk menyiapkan kelengkapan kirab/pawai keliling desa, Kamis (26/9) siang ini pun segera mempersiapkan apa yang menjadi tugasnya.

Satu di antaranya ada yang menyiapkan rangkaian pembuatan gunungan dari hasil bumi yang menjadi bagian dari acara kirap keliling desa hari ini.(Foto:SN/dok-har-sn)

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Bakaran, Kulon, Harsono menuturkan, terselenggaranya acara makan bersama dalam bentuk ”nasi galeng,” bisa diwujudkan dalam kebersamaan. Sehingga prinsip-prinsip kegotongroyongan di desa harus tetap dipertahankan secara turun-temurun, karena itu sebagai warisan sebuah budaya dari para leluhur, di antaranya adalah Mbah Demang Bakaran Kulon.
Karena itu, katanya lagi, mulai dari pengadaan logistik maupun untuk memasaknya tampak tercermin nyata dari kondisi tersebut. Sehingga bagi yang mampu membawa ikan bandeng maupun udang masing-masing membawa ikan jenis tersebut, mengingat Bakaran Kulon adalah sebagai pusat kegiatan budidaya tambak.
Belum lagi mereka yang mempunyai kegiatan usaha berdagang ikan tentu membawa ikan jenis tertentu yang sudah dipilihnya. Tidak hanya itu, banyak juga warga yang menghimpun beras karena untuk membuat ”segala galeng” sepanjang itu ternyata menghabiskan beras hampir setengah kuintal, tidak hanya itu warga yang berjualan di pasar dan mempunyai tahu maupun tempe juga diserahkan untuk dimaksak bersama.
Tidak cukup hanya itu, ada juga warga yang membawa ayam kampung yang setelah dikumpulkan jumlahnya mencapai 25 ekor. ”Selebihnya masih ada masakan sambal goreng, tumis kacang panjang,”imbuh Harsono.(sn)

Previous post Sekda Ingatkan Rekanan Proyek Revitalisasi Alun-alun Simpanglima Pati
Next post Rekayasa Dapatkan Lebar Jalan Maksimal ke Kolam Tambat Kapal

Tinggalkan Balasan

Social profiles