Kesimpulan Tim Balar;Struktur Batu Bata Diduga ada Dua Kemungkinan

Ketua Tim dari Balar Yogyakarta, Masyhudi.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Setelah bekerja mengamati, mencermati, dan meneliti keberadaan struktur batu bata di lokasi Punden Mbah Gamirah, di Dukuh Cacah, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, selama tiga hari sejak Rabu (14/11) s/d Jumat (16/11), akhirnya Tim dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta mengambil kesimpulan. Yakni, tentang adanya dua kumungkinan berkait erat dengan struktur babtu bata tersebut.
Hal itu didasarkan atas hasil observasi dan analisis data yang ditemukan di lapangan, sehingga tim yang terdiri dari tiga orang itu dapat menguraikan butir-butir simpulan hasil kegiatan yang dilakukan  di lokasi tersebut. Karena itu,  jika dalam kerangka konteks nilai sejarah masih diperlukan kajian lebih lanjut untuk dapat memadtikannya.
Dengan demikian, dalam akhir laporannya tim menyebutkan bahwa Struktur Bata ini diduga sebagai sisa bangunan pendukung mata air yang berada di sebelah selatannya, sehingga kemungkinan besar adalah tempat pemandian terbuka atau bak penampungan air.

Dugaan tersebut didasarkan pada tdak adanya temuan gerabah, terutama genteng yang mengindikasikan bahwa struktur tersebut dahulu adalah bangunan terbuka. Selain itu, batu bata dari struktur ini juga serupa dengan bata penguat dinding mata air (bagian bawah), maka menguatkan dugaan bahwa mata air dan struktur ini dibuat pada masa yang sama.

Salah satu anggota tim dari Bakar Yogyakarta, Hari Wibowo dan mata air Sendang Mbah Gamirah, di Dukuh Cacah, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:Sn/aed)

Karena itu, masih mengutip laporan akhir tim, dalam kerangka konteks kekunaan, struktur batu bata yang ditemukan memiliki karakter tinggalan yang relatf masih muda. Sedangkan konteks kekunaan yang relatif masih muda ditunjukkan oleh ukuran bata yang lumayan kecil, dan terutama digunakannya spesi dalam hal ini adalah campuran semen dengan kapur.

Diduga struktur batu bata tersebut berasal dari kerangka waktu masa Kolonial, di mana spesi semen sudah lazim digunakan. Tinggalan arkeologi dari masa Klasik, misalnya , candi Kayen yang juga berada di Kabupaten Pati, tidak menggunakan spesi semen.

Kendati demikian, berdasarkan simpulan hasil peninjauan dan penerilitian tersebut, tim pun tetap merekomendasikan hal-hal sebagai berikut. Yaitu, Pemerintah Kabuoaten (Pemkab) Pati direomendasikan untuk mensosialisasikan  kepada warga bahwa struktur batu bata tersebut adalah bukan merupakan makam Mbah Gamirah.
Selain itu warga sekitar Dukuh Cacah juga direkomendasikan untuk melestarikan ritual ada untuk menghargai sumber air. Sebab, kegiatan untuk menghargai sumber air tersebut merupakan bentuk dari budaya intangible yang patut kita lestarikan.
Mengingat indikasi terkuat dari struktur ini adalah bangunan pendukung mata air, dan bukan makam, maka apabila terdaoat gagasan untuk mengembangkan struktur batu bata ini sebagai objek ziarah direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Pati untuk melibatkan seluruh stakeholders terkait dalam menyudun konsepnya. Yakni, baik dalam aspek ilmiah, aspek sarana prasarana, aspek birokrasi, aspek sosial budaya, aspek ekonomik, dan aspek lainnya yang terkait.(sn)

Previous post Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Tinja Mulai Dipersiapkan
Next post Memerahkan Kayen

Tinggalkan Balasan

Social profiles