Apa Kata Para Tetua Desa Sukoharjo tentang Punden Mbah Gamirah

Salah satu tetua Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati,  Lasjoko (74).(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  KETIKA menuturkan apa yang diketahui tentang Punden Mbah Gamirah, di Duuh Cacah, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati kepada Tim Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta, Lasjoko (74) mengacu pada Babad Pati. Cerita babad itu pun diperoleh dari leluhurnya, Wo Parto.
Sedangkan yang berkait dengan Mataram dia yang mantan perangkat desa dari Modin, dan beralih sebagai kamituwa sama sekali tidak mengetahui. Sehingga yang bersangkutan mengawali penuturannya tentang salah seorang tokoh yang pernah ada di Pati, yaitu Baron Skeber berdasarkan cerita tutur yang diketahuinya.
Masa itu, katanya, sebagai Adipati Pati adalah Wasis Joyokusomo, tersebutlah seorang pendatamg bernama Baron Skeber dengan tempat tinggal di Gua Dalem, di Gunung Patiayam (sambil) menunjuk ke barat, ke arah gunung tersebut. Saat itu tokoh tersebut dalam perjalanan  naik kuda sekembalinya dari Pati dengan menyusuri alur Kali Mudal.
Di alur kali itu juga terdapat kedung yang juga sempat dilalui, namanya Dungjalin atau kepanjangan dari Kedung Penjalin. ”Sampailah di suatu tempat yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan Banyuurip, atau kata lain dari air yang memberi kehidupan karena sampai di lokasi tersebut kuda Baron Skeber kehabisan, tapi tidak ada air,”ujarnya.
Sebuah sumur yang bagian permukaan dan dindingnya dibuat dari batu merah yang dibentuk seperti telapak kaki kuda, tapi sumur itu sebelumnya adalah mata air.(Foto:SN/aed)
Akan tetapi, katanya lagi, berkat gerakan kaki hewan tersebut dengan memutar-mutar sampai salah satu jejakan kakinya pada tanah yang cukup kuat dari tempat itu mengeluarkan mata air. Sehingga kuda yang kehausan  bisa meminum air itu, dan akhirnya tetap bertahan hidup, serta bisa kembali ke Patiayam.
Tentang lokasi Punden Mbah Gamirah, dan Mbah Gamirah sendiri itu siapa tidak ada mengetahui secara pasti. Akan tetapi dari cerita leluhurnya, di lokasi itu dulu terdapat sebuah pohon beringin besar sehingga sempat juga untuk beristirahat Baron Skeber bersama kudanya yang sedang kehausan setelah menempun perjalanan menuju Patiayam.
Karena di tempat itu juga tidak didapatkan air, maka kuda tersebut pun menjejak-jejakkan kakinya ke tanah, sehingga bekas jajakan kakinya itu muncul mata air. Sampai sekarang mata air tersebut ditata sebagai sumur, lengkap dindingnya dari batu merah bentuk menyerupai telapak kaki kuda, dan mebjadi bagian dari lingkungan punden tersebut.
Dari tempat ini perjalanan Baron Skeber berlanjut hingga kudanya  kehausan, tapi lagi-lagi tidak terdapat air yang bisa diminum. ”Dengan jejakan telapak kakinya itulah di tempat tersebut muncul mata air yang bisa memberikan kelanjutan hidupnya, sehingga tempat itu disebut banyuurip yang menbjadi nama sebuah desa, dan Baron Sekber bersama kudanya pun bisa melanjutkan perjalanan kembali ke Patiayam.”
Previous post PT SIK Upaya Raih ISO
Next post Kata Tetua Desa Sukoharjo; Mbah Tardi

Tinggalkan Balasan

Social profiles