Ini lokasi kolam tambat kapal yang terletak di sisi timur laut Pulau Seprapat, masuk Desa Bendar, Kecamatan Juwana (atas). Lokasi pekerjaan yang sama, dan juga dikerjakan terletak di barat laut pulaui tersebut.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Sabtu (21/9) lalu tatkala hari masih terlalu pagi ”Samin-News” (SN) sudah memasuki kawasan pulau tersebut dengan pertimbangan kalau kesiangan sedikit sepanjang jalan maupun di lokasi proyek kolam tambat kapal itu, tebaran tebunya akibat aktivitas di kawan itu terlalu menyesakkan dada. Belum beberapa lama mengambil objek foto di sudut timur laut pulau yang sedikit tampak tertata, tidak tahu dari mana asalnya seseorang muncul kemudian menyapa.
Saat memperkenalkan diri hanya menyebutkan nama pendeknya, Imam, tapi belum sempat ditanya asal desa mana, lelaki paruh baya itu tanpa diminta sudah menceritakan kondisi kawasan Pulau Seprapat. Bahkan yang bersangkutan, lelaki paruh baya itu menandaskan, siapa pun pekerja yang tengah menggarap kolam tersebut untuk ekstra hati-hati demi menjaga keselatan diri sendiri.
Alasannya? Semula lelaki itu mencoba untuk tidak berargumentasi atas apa yang disampaikan kepada seseorang yang belum lima menit ditemu, tapi setelah sedikit didesak akhirnya mengungkapkan, bahwa di antara sudut batas pulau dengan lokasi pekerjaan pembuatan kolam tambat kapal, merupakan tmpat bersemedinya seseorang yang dia sendiri tidak tahu persis siapa sebenarnya sosok tersebut.
Munculnya cerita di balik hal yang tidak nyata dari orang tersebut, ternyata sempat menggilitik sehingga pertanyaan spekulatif kepada orang itu pun terlontar. ”Apa itu mungkin yang selama ini disebut Mbah Lodang Datuk, penguasa abadi Pulau Seprapat yang makamnya juga ada di tengah pulau kecil itu?”
Atas pertanyaan itu yang bersangkutan hanya angkat bahu, karena tidak punya jawaban siapa yang disebut-sebut sering menampakkan diri bersemedi di lokasi sudut timur laut pulau tersebut. Kemudia nlelaki itu pun memungkas pembicaraan singkat, ” agar siapa pun yang berkerja di kawasan Seprapat harap berhati-hati,”tandasnya.
Itulah sebuah cerita di balik hal tidak nyata di kawasan Pulau Seprapat, sehingga setelah orang itu kembali masuk ke pulau ”SN” pun mencoba merunut potongan cerita tutur tentang Pulau Seprapat dengan pwenghuni tunggalnya Mbah Datuk Lodang. Pulai itu sendiri pada masanya berada di tengah-tengah muara alur Bengawan Silugonggo yang sekarang disebut Kali Juwana.
Masih dalam cerita tutur ketika peristiwa di Kasunan Ngerang, di mana Penghuni Pulau Mondoliko yang juga murit Ki Ageng Ngerang membuat ontran-ontran karena cintanya ditolak putri Ki Ageng, Roroyono yang lebih memilih Sunan Muria, maka yang berhasil menundukkan Patak Warak, adalah Maling Kopo alias Joko Pilang, anak Maling Pekuwon. Kopo adalah salah satu murid kinasih Mbhak Lodang Datuk.
Karena jasa Kopo, maka di memilih mendapatkan hadiah ”bumi sigar semangka” di Buntar atau sekarang Bendar dan mengangkat diri sebagai Adipati. Namun belakangan Kopo justru berubah sikap, ganti minta hadiah putri Roroyono yang waktu itu pernah disayembarakan sebaai hadiah bagi siap saja yang bisa mengakhiri ontran-ontran Patakwarak Maondoliko.
Akhirnya Kopo memilih untuk mewujudkan keinginannya dengan cara maling, sehingga Roroyono yang sudah dioeristri Sunan Muria pun diculik. Kopo pun membawa perempuan itu, untuk disembunyikan di Pulau Seprapat, meskipun Mbah Datuk Lodang marah besar atas perbuatan muridnya tidak lagi ksatriya itu.(sn)