SAMIN-NEWS.com PATI – Kendati suku, agama, dan ras berbeda tapi bagaimana dalam perbedaan tersebut tetap bisa terjalin kebersamaan maka pemahaman itu harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak, bahwa itulah warna dan kondisi negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan yang menjadi perekatnya tak lain, Bhineka Tunggal Ika meskipun berbeda-beda tapi tetap satu juga.
Sepintas masalah kebangsaan tersebut adalah hal sepele, tapi jika seluruh komponen anak bangsa ini tidak ada kepedulian untuk menanamkan hal tersebut kepada anak-anak sejak usia dini, maka setelah tumbuh dewasa mereka akan menjadi pribadi yang tidak bisa memahami apa itu perbedaan dan apa itu kebersamaan/persatuan. Karena itu, upaya tersebut sudah tepat dilakukan para pengasuh TK Pertiwi yang membawa peserta didiknya ke Klenteng Hok Tik Bio.
Saat ini, kata salah seorang Koordinator Gusdurian Pati, Kiai Happy Irianto, di klenteng tersebut tengah berlangsung peristiwa budaya dari salah satu bangsa minoritas di Indonesia, yaitu Tionghoa dalam menyambut datangnya Tahun Baru Imlek 2571 di Tahun 2020. Sehingga yang perlu ditanamkan pemahaman kepada anak-anak usia dini tersebut, bahwa klenteng itu ada di Kota Pati, di kompleks Pecinan.
Demikian pula bahwa klenteng itu bukan bagian dari suatu agama yang ada di Indonesia, melainkan sebuah bangunan budaya leluhur suku bangsa minoritas tersebut yang menjadi bagian dari suku bangsa Indonesia. ”Dalam berbudaya tersebut ada ritual sembayangan, hal itu memang bagian yang tak terpisahkan termasuk penyediaan berbagai aneka sesaji,”ujarnya.
Karena itu, katanya lagi, dengan diajak berkunjung dan melihat langsung apa sebenarnya klenteng tersebut diharapkan anak-anak setelah dewasa daya ingatnya tetap terpatri, bahwa di negaranya ini banyak ragam perbedaan antara suku bangsa satu dan lainnya. Sehingga tumbuh kesadaran dan rasa untuk memahami serta saling menghargai, demi kokohnya persatuan dan kesatuan NKRI.
Dengan demikian, mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat dan tebal rasa kesadarannya untuk menghargai perbedaan, sehingga benar-benar mempunyai rasa toleransi di antara sesama bukan sebaliknya. Lagi pula, dengan perbedaan yang tercipta di antara anak bangsa tersebut justru semakin memperkokoh pemahamannya bahwa NKRI ini harus diperkuat dengan persatuan dan kesatuan.
Hal itu bisa diwujudkan jika di antara sesama anak bangsa ini saling menghargai perbedaan, tapi tetap menjalin kebersamaan. Sehingga dasar fondasi yang dibentuk tetap berupa pemahaman bahwa perbedaan harus menjadi komitmen tetap utuhnya NKRI, sehingga tidak sekadar slogan NKRI harga mati melainkan NKRI yang tertanam dalam kesadaran lubuk hati paling dalam pada diri mereka.
Jika anak-anak dikenalkan pada perbedaan sejak usia dini, niscaya mereka akan tumbuh menjadi anak bangsa yang menghargai akan negaranya. ”Selain itu mereka juga akan lebih mencintai tanah airnya dengan penuh toleransi serta tidak anarkis dalam menyikapi dan bertindak terhadap kondisi di negeri sendiri yang memang harus dicintai,”imbuh Kiai Happy.