SAMIN-NEWS.com Satu pasien dalam pengawasan (PDP) positif terpapar Covid-19 yang dirawat di RSUD Moewardi Solo, sebenarnya sudah lebih dari cukup sehingga tidak seharusnya ada lagi lainnya yang positif terpapar virus yang sama. Akan tetapi, penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi di belahan dunia lainnya ini ternyata tak mengenal istilah satu atau dua sudah lebih dari cukup.
Sebab, penyebaran virus tersebut ternyata lebih memungkinkan pada kondisi patah tumbuh hilang berganti, sehingga dari satu PDP yang positif terpapar viru corona bisa menyebar dan menularkan kepada 1.000 orang lainnya. Karena itu, jika sampai hari ini, Minggu (5/4) sebagaimana penjelasan resmi dari pemerintah kabupaten (pemkab) setempat hanya satu PDP yang positif, maka wajib kita syukuri.
Dengan demikian, kita akan semakin menjadi sadar bahwa penyebaran virus tersebut tidak bisa diperhitungkan dengan rumusan perhitungan ilmu pasti. Sehingga upaya yang seharusnya terus dilakukan adalah mengerahkan potensi masyarakat, baik melalui masjid-masjid dan tempat ibadah lainnya untuk melakukan siaran barang kali satu atau dua kali dalam sehari.
Sedangkan apa yang harus disiarkan, sudah barang tentu berupa imbauan anjuran dan keharusan agar semua warga melakukan apa yang disebut dengan physical distancing. Semua itu sudah diatur, agar mata rantai penyebaran virus corona bisa diputus keberlangsungannya sehingga tidak semula hanya satu orang positif terpapar Covid-19 akhirnya menyebar dan menularkan kepada 1.000 yang lainnya.
Jika setiap warga semakin abai terhadap masalah tersebut, maka ladang subur berkembangnya virus itu akan semakin mendapat tempat penyebaran dan penularannya. Sebaliknya, warga akan mejadi tersadar ketika mendengarkan siaran keliling atau imbauan-imbauan dari masjid, seperti agar tetap berdiam di rumah pada akhirnya tentu akan semakin patuh, dan menyadari bahwa semua yang harus dilakukan adalah untuk keselamatan bersama.
Akan tetapi hal itu juga harus diikuti langkah-langkah oleh pihak yang berkompeten, karena pemerintahlah yang mempunyai mobilitas tinggi untuk melakukan siaran keliling yang dibagi per wilayah penugasan. Dengan kata lain, hal itu bisa dilakukan di tingkat wilayah kecamatan jika tiap hari pada jam kerja ada yang bertugas siaran keliling, dan dilanjutkan sore harinya siaran oleh setiap takmir masjid, harapnya agar banyak masyarakat yang bisa menyadari dan memahami.
Masalahnya jika penjelasan itu berhenti atau sama sekali tidak ada, masyarakat beranggapan penyebaran Covid-19 sudah reda. Jika mobil untuk siaran keliling tidak tersedia, tentu masih bisa menggunakan fasilitas lain seperti kendaraan bermotor jenis tosa, karena yang penting siaran tentang bahaya virus tersebut tiap hari selalu ada sampai nanti Covid-19 benar-benar reda.
Salam waras…!!