HARUS diakui, Indonesia adalah salah satu negara dengan rakyat yang masih sering terjebak oleh postingan “Ketik angka 1 dikomentar, lihatlah apa yang terjadi”. Diakui ataupun tidak diakui, Indonesia bagaikan sungai yang mengalir deras dalam dunia per-Hoax-an.
Dimasa pandemi corona seperti ini, informasi hoax juga tidak surut. Justru momen tersebut menjadi ladang bagi para penyebar hoax. Angka persebaran informasi hoax saat pandemi corona seperti ini dinilai sangatlah tinggi.
Juru bicara pemerintah terkait penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, beberapa waktu yang lalu dalam sebuah konferensi pers di PNPB mengatakan bahwa sejauh ini, Kemenkominfo sudah menemukan banyak sekali info hoax yang beredar di masyarakat.
“Kementerian Informasi sudah mendeteksi lebih dari 1.125 berita hoax atau informasi yang tidak benar, di berbagai media di internet. Semua ini akan ditangani secara tegas oleh aparat Kepolisian, oleh karena itu tetap akses tetap ikuti informasi yang benar dan resmi dari pemerintah.” Ungkapnya.
Menteri Komunikasi dan Infromatika Johnny Plate juga menyampaikan bahwa sampai saat ini setidaknya 77 pelaku penyebaran hoax telah diamankan dan diproses oleh pihak kepolisian.
Hal tersebut sebenarnya bukanlah data yang mengagetkan. Sebab bukanlah hal sulit untuk menemukan sebuah informasi hoax, coba tengok saja grup whatsapp keluarga, sekolah maupun yang lain. Belum lagi coba buka facebook, twitter maupun media sosial lain. Ratusan bahkan ribuan infromasi hoax bersliweran, mulai dari pesan berantai maupun situs abal-abal ramai mendistribusikan informasi hoax seperti itu.
Menurut Achmad Yurianto, banyaknya berita hoax yang beredar ini ikut menambah beban psikologis bagi masyarakat yang sedang berjuang keras melawan penyebaran virus corona. Bagaimana tidak? banyaknya berita buruk utamanya jika itu hoax memang bisa membikin pembacanya semakin stress dan secara tidak langsung ikut memengaruhi sistem imun pada tubuh.
Mungkin bagi beberapa orang dengan latar belakang pendidikan dan lingkungan yang cukup terdidik akan sedikit sulit untuk dipengaruhi informasi seperti ini, tetapi bagaimana dengan masyarakat tingkat bawah dan latar belakang pendidikan pas-pasan? Hal tersebut sudah pasti menjadi momok tersendiri dan akan menambah tensi ketakutan masyarakat.