TANGGAL 24 April lalu, larangan mudik resmi diberlakukan. Meskipun pelarangan mudik sudah jelas digembar-gemborkan oleh pemerintah, bukan berarti bisa menghentikan keinginan mudik masyarakat begitu saja.
Di berbagai pemberitaan tetap saja ramai ditemukan masyarakat yang tetap nekat mudik meskipun sedang dalam keadaan seperti ini. Berbagai macam trik mereka gunakan untuk tetap bisa sampai ke kampung halaman tercinta. Mulai mencari jalur tikus hingga menyuap polisi yang berada di perbatasan.
Tak main-main, berdasarkan data dari Ditlantas Polda Metro, sampai hari ini, tercatat sudah ada tak kurang dari 12.512 kendaraan yang diminta putar balik kembali ke wilayah Jakarta.
Saya paham betul bahwa larangan mudik memang menjadi sebuah cobaan yang berat bagi beberapa orang, terlebih mereka yang merantau jauh dari rumah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Lha bagaimana? Sudah bekerja sekian lama dan harus menumpuk rindu untuk berjumpa keluarga dan sekarang dilarang mudik? Ya Allah, Perih!
Jadi wajar saja jika banyak orang memilih untuk tetap nekat mudik. Sebab kekuatan rindu selalu membawa ruh dan bisa memporak porandakan apapun.
Banyak yang tetap mudik dengan berbagai cara, dari mulai menyelundupkan mobil ke truk (karena truk dianggap kendaraan logistik yang masih diperbolehkan untuk melintas), mencari rute-rute jalan tikus, sampai menggunakan cara kotor menyuap polisi yang sedang berjaga.
Untuk poin yang terakhir ini, Polri benar-benar akan bertindak tegas terhadap para pemudik yang menyuap, dan juga terhadap polisi yang ketahuan disuap.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo mengatakan tak segan-segan langsung memecat angotanya yang terbukti menerima suap dari pemudik yang bandel dan ngeyel.
Maklum saja, peran polisi dalam pemberlakuan larangan mudik ini memang sangat krusial, sehingga perlu ketegasan yang tinggi dari polisi sebagai pihak yang bertugas mencegat arus pemudik. Ya semoga saja masyarakat lebih mau mengerti..