Retakan pilar sayap jembatan layang untuk akses ruas Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati, di Desa Sugiharjo, Kecamatan Kota Pati, kondisinya sakarang kian bertambah lebar sebagai dampak getaran kendaraan bermuatan berat dari timur (Surabaya) yang sepanjang siang dan malam melintas di ruas JLS tersebut.(oto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Retakan pilar sayap sisi timur-selatan jembatan layang di ruas Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati, sebenarnya sudah lama terjadi. Akan tetapi pihak yang berkompeten sampai sekarang belum ada tanda-tanda upaya untuk mengatasinya, sehingga muncul suara sumbang ditunggu saja sampai konstruksi pilar jembatan itu runtuh.
Padahal tepat di bawah jembatan itu merupakan akses ruas jalan poros desa yang menghubungkan desa itu dengan desa sekitarnya, termasuk dari desa lain di seberang selatan alur Kali Juwaa. Di antaranya, Ngastorejo, Karangrowo, dan Desa Kedungmulyo, Kecamatan Jakenan Pati yang tiap hari ramai arus lalu lintasnya.
Sebab, kata beberapa warga Desa Sugiharjo, tiap pagi untuk beraktivitas sehari-hari banyak warga yang memanfaatkan akses ruas jalan itu. Yakni, baik dari dari kota yang menuju ke wilayah Kecamatan Jakenan dan Winong dengan menyeberangi alur Kali Juwana melewati jembatan gantung, karena jarak tempuhnya lebih dekat.
Di atas akses ruas jalan itulah konstruksi jembatan ruas JLS dibangun, tapi kondisinya sekarang bagian pilar syap jembatan sisi timur-selatan mengalami keretakan. ”Pada awalnya, retakan tersebut hanya terjadi pada sudut bawah, tapi karena tidak ada upaya untuk mengatasinya maka terjadinya retakan yang tak beraturan antara ujung atas dan bawah pun saling ketemu,”ujar salah seorang di antara mereka M Gono (35).
Dampak dari kerasnya getaran kendaraan bermuatan berat yang melintas baik siang maupun malam, katanya lagi, maka retakan pun kian melebar. Bahkan pasangan batu untuk sayap pilar jembatan itu kadang-kadang ada yang sampai lepas sendiri, sehingga dipastikan bagian dari konstruksi tersebut ada yang sudah keropos.
Apalagi, jika nanti musim penghujan tiba, rembesan air dari atas pasti akan masuk ke rongga retakan itu yang menyebabkan , bagian di dalam lembab. Dengan demikian, lama-lama sayap pilar itu akan runtuh yang diikuti dengan longsornya oprit jembatan, sehingga dalam kondisi itu tetap membahayakan para pengguna akses jalan poros desa yang terletak di bawahnya.
Lebih-lebih jika hal itu terjadi pada jam-jam ramai di pagi maupun siang hari, tentu mengundang munculnya musibah. Kendati hanya konstruksi bagian pilar sayap tapi ancaman yang ditimbulkan pun cukup besar karena tidak hanya musibah bagi para pengguna jalan yang sedang melintas melainkan ancaman longsornya oprit jembatan pun tak bisa dihindari.
Karena itu, akan lebih baik jika pihak yang berkompeten segera turun tangan melakukan pengecekan kondisi tersebut. ”Sebab ancaman dan datangnya musibah itu selamanya tidak pernah memberi tahu, sehingga penyikapan paling tepat adalah segera ,megambil langkah atau tindakan untuk menghindari serta mencegah terjadinya musibah itu,”imbuhnya.(sn)