Kita Mengalami Kemunduran dalam Memahami Konteks Wawasan Kebangsaan

Kiai Happy Irianto dengan fatwa kepujanggaannya


SAMIN-NEWS.COM  DALAM memahami konteks Wawasan Kebangsaan sekarang ini kita mengalami kemunduran lantaran terlalu banyak bicara hal-hal yang tidak kontekstual dan di luar nalar, sehingga pikiran kita ini banyak teracuni kebohongan.  Sebab, jika diam terasa menyesal karena dianggap tidak tahu apa-apa.
Akan tetapi, dengan sekali berbicara jika disadari benar justru akan menyesal berkali-kali karena tidak tahu benar akan apa yang dibicarakan. Sebab, berbicara itu hiasan tapi diam itu keselamatan sehingga tanpa sadar sebenarnya kita ini sekarang salah berbicara dalam konteks wawasan kebangsaan.
Karena itu, kata Kiai Happy Irianto, kesalahan kita dalam memahami konteks tersebut justru akan melahirkan sikap abai terhadap keselamatan dan keutuhan negara. Padahal negara yang namanya republik ini didirikan bukan hanya oleh satu kekuatan kelompok, akan tetapi atas cita-cita bersama menuju gerbang kemerdekaan yang berdaulat.
Munculnya kelompok-kelompok yang berpikir keblinger, menjadikan pikiran kita ini teracuni oleh pemahaman  sarat dengan kebohongan. Sehingga setiap berlangsung peristiwa politik, maka ujaran dan hujatan kebencian selalu melekat pada setiap individu hanya karena beramai-raai mengejar untuk mewujudkan apa itu politik identitas.
Identitas dimaksud tak lain menyangkut masalah kesukuan, ras, agama, dan golongan sehingga hal itu sama saja mengulang-ulang kesalahan tanpa ujung dan pangkal. ”Padahal yang namanya wawasan kebangsaan di republik yang mempunyai aneka kemajemukan ini politik identitas seharusnya tabu dan sangat memalukan untuk dikemukakan,”ujarnya.
Hanya faktanya, masih kata dia, hal-hal seperti itu justru kelompok identitas yang merasa kuat menjadi bangga atas kekuatan dan kelebihannya. Dampaknya, jika tidak merasa sama pandangannya dengan kelompok tersebut diidentikkan sebagai lawan, sehingga yang meracuni pikiran kelompok itu adalah sikap superior sebagai mayoritas yang menisbikan peran serta kalangan minoritas.
Lebih memprihatinkan lagi masih banyaknya kelompok yang bangga dengan penyebutan pribumi dan nonpribumi dalam memahami konteks wawasan kebangsaan ini. Sedangkan sejarah berdirinya republik ini tanpa pernah dipahami, dan hanya membanggakan bahwa pribumi merasa paling berhak atas republik ini.
Sedangkan yang lebih disesalkan lagi, kebanyakan di antara mereka ini pokok pikiran yang dikembangkan justru mengambil referensi dari tulisan-tulisan sampah kebohongan dari media sosial (medsos). Sehingga  sampai sosok figur pejabat publik yang seharusnya  bertanggung jawab atas republik ini juga ikut ambil bagian meskipun, hanya sekadar kopi paste.
Dari tulisan sampah yang disebarluaskan atau diviralkan tersebut, sebenarnya adalah racun yang jika dibiarkan akan megancam keselamatan dan keutuhan republik tempat mereka sebagai bangsa yang berdaulat. ”Mereka tidak menyadari, bahwa republik ini adalah tempat kakek dan neneknya, serta anak dan cucunya kembali beranak-pinak, tapi justru didhalimi sendiri.(Ki Samin) 
Previous post MENDORONG PERBUP MONITORING PENGAWASAN PEMBANGUNAN
Next post Kodim 0718 Pati Siapkan Pelaksanaan TMMD Sengkuyung 3

Tinggalkan Balasan

Social profiles