KELELAWAR mendadak sering disebut-sebut sebagai biang dari kekacauan yang terjadi akhi-akhir ini. Nama baik hewan satu ini seperti dikoyak oleh anggapan bahwa kelelawarlah yang membawa virus corona yang menjadi pagebluk saat ini.
Tuduhan tersebut berdasarkan laporan dari dugaan bahwa virus Corona berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Konon penderita pertama corona dikarenakan memakan daging kelelawar yang memang disajikan di menu restoran aneka satwa liar yang ada di Kota Wuhan.
Masyarakat menganggap virus corona berpindah dari kelelawar ke manusia saat dagingnya disantap dan dicerna oleh sistem pencernaan manusia.
Namun, apabila memang seperti itu mekanisme dan kronologi awalnya. Sepertinya kita sangatlah tidak bijak jika harus menyalahkan bahkan selalu mengkambing hitamkan keleawar. Seharusnya manusialah yang bersalah dalam hal ini, bagaimana tidak? Saya yakin kalian juga dapat mengamini bahwa tidak akan ada kelelawar yang memang menginginkan dirinya dimakan oleh manusia.
Kelelawar sudah sengaja menghindari manusia dengan menampilkan wajah yang meringis mengerikan dan selalu tidur di siang hari di dalam gua sambil hanya terbang ke luar gua pada malam hari ketika manusia lazimnya sedang tidur. Sifat nokturnal kelelawar memang secara kodrati dihadirkan agar terhindar dari ditangkap apalagi dimakan oleh manusia.
Adalah manusia yang bersifat omnivora yang menyebabkan mereka memakan semuanya termasuk kelelawar. Manusia terlalu rakus sampai seperti tidak ada bahan makanan lain yang dapat dimakan. Dalam hal ini, seharusnya kita mampu berefleksi agar kita lebih mawas diri dan tidak terlalu rakus dalam segala hal. Hari ini adalah hari terakhir ramadhan, sudah seharusnya kita mampu menjadikan apa yang sedang terjadi saat ini sebagai pembelajaran agar kita senantiasa manjaga hati dan hawa nafsu yang ada dalam diri masing-masing.