Sebelas dari 13 makam di kompleks makam yang disebut-sebut Makam Adipati Tambranegara, di Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Kota Pati pada bagian nisan sama sekali tertera nama siapa saja yang dimakamkan di tempat itu.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Mencermati catatan sejarah yang disusun Tim Penyusun dan Peneliti Hari Jadi Kabupaten Pati, dipastikan bahwa sejak awal tim yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Pati No:003.3/869, tanggal 19 November 1992 itu mengalami kesulitan dalam merujuk angka tahun. Sebab, yang dijadikan acuan dan dasar pemikiran awal adalah berangkat dari cerita tutur dan cerita babad.
Khusus yang disebut terakhir, sudah barang tentu merujuk Buku Babad Pati yang ditulis oleh RM Sosrosumarto dan S Dibdjosudira. Buku Babad Pati tersebut diterbitkan Tahun 1980 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga sudah pasti tidak akan pernah ditemukan angka tahun yang pasti.
Sebab, Buku Cerita Babad itu berupa pupuh dandanggula sebagaimana dituliskan di halaman 34 pada:12 yang lengkapnya berbunyi:Tambranegara Pati Sumewo maring Majalengka Brawijaya kedua, dan Majalengka adalah nama lain Keraton Majapahid, dan yang dimaksud Brwijaya 2 tak lain adalah Raden Jayanegara.
Sedangkan nama lain Raden Tambranegara, adalah Jaka Pekik, sehingga berdasarkan buku Babad Pati tersebut tim menganggap jelas bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam Pisowanan Agung di Kerajaan Majapahit, Jika berdasarkan Prasasti Tuhanaru itu berlangsung 13 Desember 1323.
Dalam kesempatan yang sama Raja Majapahit Raden Jayanegara juga menambah gelar Abhiseka Wilanda Gopala dan Patihnya Dyah Malayuda dengan gelar Rakai. Dengan demikian, betapa mudahnya tim setelah merujuk Buku Babad Pati kemudian merangkai angka tahunnya dengan merujuk Prasasti Tuhanaru yang tertulis dalam lembar lempengan baja berjumlah 8 lempeng.
Pada lempeng prasasti yang ke-4 itulah disebutkan pula bahwa Raja Majapahit dalam Pisowanan Agung itu menerima kehadiran para Adipati pesisir utara timur. Kepada mereka menurut catatan tim tersebut juga diberikan hadiah bumi perdikan yang tiap tahun sekali harus mengirim upeti berupa bunga.
Sedangkan dari hasil penelitian ilmiah Arga Kencana tentang Prasasti Tuhanaru di Desa Sidateka, hanya ada 24 orang pejabat Majapahit yang hadir dalam pisowanan tersebut. Akan tetapi dua di antaranya memang mempunyai nama beridiom Pati, yaitu Sang Wedhamantri, Sang Aryya Patipati, Pu Kapat dan Sang Aryya Jayapati, Pu Pamor.
Tampaknya kedua nama beridiom Pati inilah yang mungkin langsung diklaim oleh tim, bahwa salah satu di antaranya adalah Raden Tambranegara Adipati Pati. Sebab, penyebutan bahwa Raden Tambranegara yang hadir dalam pisowanan 13 Desember 1323, akhirnya dipilih sebagai acuan berkait dengan perpindahan pusat kekuasaan Kadipaten Pesantenan dari Kemiri ke Kaborongan.
Diketemukannya angka tahun tersebut, maka tim pun mengkaitkan dengan budaya masyarakat Jawa tentang penyebutan dan pemakaian hari baik. Hari baik tersebut selalu digunakan untuk menyelenggarakan hal-hal penting, seperti hajat pernikahan, sunatan, pindahan atau kegiatan lain yang diharapkan memberi berkah dan keselamatan.(sn-bersambung)