SAMIN-NEWS.com PATI – Selasa (2/6) sore lalu Polres Pati dan Komite Relawan Independen (KRI) setempat telah melakukan pemulasaraan jenazah dengan standar protokol Covid-19, termasuk menguburkan jenazah seorang perempuan yang ditolak warga, di mana hari-hari terakhir yang bersangkutan itu tinggal. Yakni, di Desa Plukaran, Kecamatan Gembong, Pati yang hari itu sekitar pukul 10.00 meninggal setelah dirawat di RSUD RAA Soewondo Pati.
Penolakan pemakaman di makam umum desa tersebut, lantaran perempuan itu bukanlah penduduk desa setempat, karena kedatangannya ke desa itu hanya sebagai tamu dari daerah lain di luar Jawa. Akan tetapi saat berkunjung perempuan itu jatuh sakit dengan riwayat penyakit yang dideritanya sebelum itu, sehingga Jumat (29/5) harus dirawat di RSUD RAA Soewondo, dan akhirnya meninggal di tengah-tengah situasi pandemi Covid-19.
Kendati demikian, setelah jenazahnya dikuburkan di lingkungan TPA Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, sama sekali tidak berpengaruh terhadap puluhan pekerja pemungut sampah di TPA itu. ”Sejak itu tiap hari kami bersama yang lain tetap bekerja seperti biasa sejak pagi hingga siang dan bahkan sore hari,”ujar salah seorang di antara mereka Sukro (35).
Jarak antara tempat sampah hanya beberapa meter berseberangan dengan lokasi makam itu, masih kata dia, tapi tidak ada satu pun di antara pemungut sampah ini yang merasa takut menyebarnya virus Corona dari orang yang sudah meninggal. Apalagi, dalam pemakaman jenzah untuk membuat lubang kuburnya saja digali dengan menggunakan alat berat, backhoe.
Dengan demikian, lubang itu benar-benar aman atau tidak mungkin kalau hanya asal-asalan termasuk untuk menutupnya kembali, karena juga menggunakan alat berat yang sama. Selain itu dari cerita atau riwayat penyakit yang diderita orang tersebut, dari cerita yang sempat dikutip ternyata bukan karena virus Corona, melainkan sakit karena bawaan.
Karena itu, tidak mungkin di lingkungan TPA ini akan memunculkan dampak penyebaran virus Corona meskipun sehari-hari para pemungut sampah tersebut berada tak jauh dari makam tersebut. ”Mungkin kami ini sudah terbiasa menghadapi dan menghirup udara dari sampah yang sudah membusuk, dan bahkan lebih busuk dari bau yang ditimbulkan sampah tertentu,”imbuhnya.