KEMARIN lini masa sosial media banjir oleh natizen yang ramai menyuarakan boikot produk Unilever di Indonesia. Kemarahan tersebut diakibatkan oleh sebuah unggahan perusahaan tersebut melalui akun resminya di Instagram. Akun @unilever mengunggah keterangan dukungannya terhadap LGBT disertai gambar logo Unilever dengan warna pelangi yang identik dengan kaum LGBT tersebut.
“We’re committed to making our LGBTQI+ colleagues as proud of us as we are of them,” tulis akun tersebut.
Indonesia memang termasuk salah satu negara yang di penuhi dengan produk-produk Unilever, dengan begitu tentu saja memunculkan bermacam reaksi yang cukup masif. Banyak netizen yang mengapresiasi langkah berani tersebut, namun tidak sedikit pula pihak yang kontra dengan kebijakan terang-terangan mendukung LGBT tersebut.
Dengan banyaknya pro-kontra yang ditimbulkan, pihak Unilever Indonesia akhirnya angkat suara melalui Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso. “Unilever beroperasi di lebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda. Secara global dan di Indonesia, Unilever percaya pada keberagaman dan lingkungan yang inklusif,” terang Sancoyo melalui keterangan tertulisnya.
Sancoyo menegaskan Unilever telah berada di Indonesia selama 86 tahun. Perusahaannya menghormati budaya dan norma di Indonesia.
Namun, apa yang menjadi keterangan Sancoyo tak lantas meredam ajakan boikot di lini masa media sosial. Ribuan ajakan untuk memboikot produk-produk Unilever pun kemudian menggema. Dalam kolom komentar postingan Unilever, banyak sekali komentar dari netizen Indonesia yang menyatakan akan mulai berhenti memakai produk-produk Unilever.
Ahh, urusan boikot memboikot seperti ini selalu sulit nan rumit, apalagi kali ini yang diboikot adalah produk Unilever. Bagaimana mau mudah? Berbagai produk rumah tangga yang kita pakai saat ini mayoritas produk Unilever lho, mulai dari Rinso, Sunsilk, Clear, Pepsodent, Molto, Royco, Citra, Axe, SariWangi, Blue Band, Wall’s, Sunlight hingga ponds yang bikin kulit kita cantik saja produk miliknya. Kalau memang benar mau memboikot, yang repot bukan Unilever. Tapi justru kita sebagai pengguna, lha po mau ganti semua produk? Repot Lho…