SAMIN-NEWS.com, PATI – Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya pada Dinas Kesehatan dokter Luther Selawa mengatakan mindset masyarakat Pati untuk mengikuti rapid test masih dalam posisi ketakutan. Model pemikiran seperti ini ada penyebabnya, sehingga masyarakat merasa ketakutan untuk ikut program rapid test.
“Kendala kita di lapangan yaitu masyarakat merasa takut untuk dikarantina, barangkali gitu ya,” ucapnya saat mendampingi rapid test di Pasar Kuniran, Jumat (26/6/2020) tadi pagi.
Pemikiran masyarakat terkait erat dengan seberapa pemahaman yang ditangkap olehnya dari berbagai sumber informasi yang didapat. Hal ini yang bakalnya mempengaruhi respon kalangan bawah dalam menyikapi upaya rapid test oleh pemerintah setempat.
Seyogyanya, langkah untuk mendeteksi suatu penyakit atau bahkan virus corona merupakan sesuatu yang tidak bisa tidak untuk ditinggalkan. Karena, ini sebagai indikator keberhasilan pemerintah dalam memerangi dan memberangus virus di tengah masyarakat.
Akan tetapi, kata Luther, kendala yang dirasakan dari evaluasi beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu berkaitan dengan jadwal rapid test yang telah menyebar di kalangan warga, selanjutnya bagi yang tahu informasi tersebut pihaknya akan menghindar. “Jika kita berikan informasi jadwal rapid test, misalnya hari ini kita umumkan, besoknya mereka yang bersangkutan gak masuk, gitu,” tegasnya.
Disamping itu, pihaknya juga memastikan bahwa saat pasien yang dikarantina di Hotel Kencana tidak dipungut biaya sepeserpun. Artinya, biaya untuk penanganan kasus covid-19 merupakan beban yang ditanggung oleh pemerintah.
“Masyarakat takut untuk karantina, karena disebutkan membayar sebesar 3 juta, Itu hoax. Padahal, itu ditanggung oleh pemerintah. Jadi, masyarakat tidak bayar. Biayanya sudah ada anggarannya untuk hal itu,” pungkasnya.