Perempuan Caleg dari Desa Berwarga Samin Tertarik Kesenian Tradisional

Perempuan Caleg dari Desa Berwarga Samin Baturejeo, Kecamatan Sukolilo, Pati, tengah mendokumentasikan pertunjukan kesenian tradisional ketoprak dalam kegiatan bersih desa (sedekah bumi).(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Menyadari bahwa lahir dari keluarga seniman penabuh gamelan pertunjukan wayang kulit, Hj Munasih salah seorang perempuan caleg Partai Gerindra dari daerah pemilihan (Dapil) V Pati, seperti baru sadar bahwa hidup dengan seni itu indah. Apalagi dengan kesenian tradisional yang selama ini sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat, baik itu wayang kulit maupun ketoprak.
Karena itu, ketika yang bersangkutan tanpa sengaja datang bersama salah seorang kawan lama semasa masih duduk di bangku SMP 1 Kayen, Djasri yang juga seorang dalang wayang kulit dan pemain seni pertunjukan ketoprak, di hajatan sedekah bumi Desa Baturejo, lintasan kenangan masa kecil pun muncul kembali. Apalagi, di desanya yang di antaranya berwarga Samin, tontonan dan hiburan yang digemari adalah wayang kulit.
Sedangkan di desanya sendiri kala itu, seingat dia, pernah mempunyai grup ketoprak dan juga seni pertunjukan gambus. Sebab, ayahnya sendiri, Djayus (almarhum) memimpin grup penabuh gamelan untuk seni pertunjukan wayang kulit dari seperangkat gamelan milik kepala desa setempat, almarhum Mbah HM Padmo Ludjeng.
Ternyata untuk kesenian tradisional, khususnya wayang dan ketoprak, masih mampu bertahan hingga sekarang. ”Hal itu membuktikan kesenian yang menjadi bagian dari budaya daerah ini, sampai kapan pun masih akan tetap bertahan, karena masyarakat Jawa khususnya Pati masih menggunakannya sebagai pelengkap hiburan dalam acara sedekah bumi,”ujarnya.
Dengan melihat berlangsungnya seni pertunjukan ketoprak, masih kata dia, maka ketertarikan secara spontanitas pun tak bisa dihindari. Karena itu, langkah awal adalah mendokumentasikannya dalam ponsel, sehingga jika upayanya tampil dalam kompetisi pada Pemilu Legislatif Tahun 2019 berhasil, paling tidak sudah mempunyai bahan untuk mencoba mengurai permasalahan dari sisi seni-budaya ini.
Dari mencermati berlangsungnya seni pertunjukan ketoprak Laras Budoyo dari Pati ini, dia bisa memahami bahwa kondisi kesenian tradisional itu sudah berubah jauh karena tidak lagi seperti pada masa kecilnya. Sebab, upaya memenuhi selera pasar, khususnya pada bagian adegan di Tamansari sudah termodifkasi dengan alat-alat musik modern, yaitu organ.
Mengingat keberlangsungan kesenian tersebut tak lepas dari selera penonton dan pihak panitia yang memberi order tanggapan, maka dari sisi itulah yang mampu menjadikan kesenian tersebut tetap mampu bertahan hingga sekarang. Apalagi, para senimannya sudah barang tentu banyak menggantungkan sumber kehidupan keluarga dari berkesenian panggung tersebut.
Karena itu dia menilai wajar, sepanjang bagian dari seni pertunjukan itu tidak lepas dari rel sebuah sandiwara yang menyajikan cerita-cerita kesejarahan pada masanya. ”Dari cerita itulah, kesenian itu masih bisa memberikan andil sebagai tuntunan, dan tidak hanya sekadar dalam bentuk tontonan maupun hiburan semata,”imbuh dia.(sn)  
Previous post Firman Subagiyo; Menggagas Dibentuknya Indoensia Praktisi Politik
Next post Brak Kampus Kehidupan NKRI

Tinggalkan Balasan

Social profiles