Hj Munasih SE, perempuan caleg dari desa berwarga Samin di Kecamatan Sukolilo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Seumur-umur sebuah desa yang warganya ada kelompok penganut paham Samin, atau dikenal dengan sebutan Sedulur Sikep, kini muncul perempuan calon legislatif. Desa dimaksud tak lain Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati yang kehadirannya di kancah perpolitikan kendati sebagai wajah baru, tapi seperti sudah seperti garis yang merupakan akumulasi dari titik.
Apalagi, jika desa tersebut di Tahun 1970-an pernah menyandang predika sebagai Desa Madya untuk tingkat probvinsi Jawa Tengah ketika Gubernurnya almarhum Mayjen (Purn) Moenadi, dan sebagai kepala desa yang cukup kharismatis kepemimpinannya, almarhum HM Padmo Ludjeng. Mantan kades inilah yang bisa memahami, dan mengambil hati para penganut paham tersebut.
Hal itu tentu tak ada berkait dengan sosok perempuan, salah satu putri seniman penabuh gamelan, almarhum Djayus yang masa kecilnya tinggal di Dukuh Bombong desa setempat, dan bersebelahan dengan Dukuh Karangmalang yang merupakan tempat bermukimnya penganut paham itu secara turun temurun.
Jika saat ini muncul Srikandi yang menyatakan siap menjadi agen perubahan di desanya atau di wilayah Pati selatan hal itu sudah semestinya, Apalagi, jika jalur yang harus dilalui untuk mewujudkan keinginan itu melalui kegiatan politik, sehingga agenda yang dipersiapkan tak lain melalui proses mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif di Kabupaten Pati.
Pilihan partai sebagai kendaraan pengantarnya, kata perempuan ibu dua anak yang tahun-tahun sebelumnya bertempat tinggal men gikuti sang suami di Yogyakarta, adalah Partai Gerindra untuk daerah pemilihan (Dapil) V. Yakni, meliputi wilayah eks-Kawedanan Kayen meliputi Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, dan Kecamatan Gabus.
Urutan sebagai perempuan caleg sesuai kuota, oleh partainya ditempatkan pada urutan ketiga, dan bagi perempuan itu tidak masalah mengingat untuk bisa memenangkan persaingan bukan ditentukan nomor urut. Karena itu, bagi dia yang penting harus bisa meraih kursi dengan dukungan pemilih sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian, katanya lagi, jalur politik tetap menjadi pilihan untuk bisa mewujudkan cita-citanya sebagai pengabdi agen perubahan di wilayah Pati selatan. Kendati selama ini hampir banyak waktu yang dimiliki berada bersama keluarganya di Yogyakarta, tapi ibarat setinggi-tinggi bangau terbang tetap akan kembali ke sarangnya.
Menyongsong kehidupan di hari tua inilah sisa-sisa kemampuan dalam kehidupannya hars dicurahkan di kawasan bumi tempat kelahiran yang secara kebetulan mempunyai warga penganut paham Samin, yaitu Sedulur Sikep. Apalagi, jika terlahir di bumi tumpah darah maka dalam mengenyam pendidikan formal pun waktunya banyak dihabiskan di desanya, Baturejo.
Akan tetapi saat duduk di nagku SD dia memilih bersekolah di SD 1 Sukolilo, setelah lulus melanjutkan di SMP 1 Kayen. ”Selesai itu, kami melanjutkan di SMEA 2 Semarang, dan melanjutkan kuliah di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta,”katanya.(sn)