Tamu yang berkunjung ke Kampus Kehidupan TPA Sukoharjo, Pati dari Bagian Pembelian Ikan Deversifikasi Usaha PR Sukun Kudus menyampaikan informasi ekspor buah sukun ke AS.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Terlepas dari segala keterbatasan dan kekurangannya, Kampus Kehdupan TPA Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, mulai dilirik sejumlah pihak. Tidak hanya masyarakat yang sekadar berkunjung, tapi ada juga kalangan seniman, budayawan, pengusaha, dan beberapa lembaga penggerak ekonomi kreatif.
Khusus yang disebut terakhir, adalah Agus dari Bagian Pembelian Ikan yang menjadi salah sati Deversifikasi usaha Pabrik Rokok (PR) Sukun Kudus. Yang bersangkutan menyampaikan informasi berkait dengan tawaran untuk ekspor buah sukun ke AS sebagai bahan pembuatan tepung, sehingga jika ada kesiapan hal itu disediakan dalam bentuk bahan baku.
Maksudnya, kata dia, ketika diterima Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak Forum Wartawan Pati (FWP), buah sukun yang bisa didapat dari daerah ini cukup diolah sebagai bahan mentah berbentuk rajangan dalam kondisi sudah mengalami proses pengeringan. Karena itu, lanhkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pendataan di setiap desa dalam satu wilayah kecamatan yang warganya mempunyai tanaman buah jenis itu.
Melalui upaya tersebut bisa diketahui, berapa jumlah pohon sukun dan produksi setiap musim petik sehingga diperoleh data tersediaan produksi buah jenis itu dalam satu wilayah kecamatan. ”Dengan demikian, berapa kemampuan bahan baku mentah yang bisa disediakan agar pada salah satu desa dalam wilayah kecamatan itu bisa menjadi pusat pengolahan bahan baku, yaitu membentuknya menjadi irisan,”ujarnya.
Jika data tentang jumlah pemilik pohon serta produksi saat dipetik, madih kata dia, maka kemampuan untuk menyediakan bahan baku ekspor tidak akan mengalami stagnasi. Karena biasanya eksportir akan memperhitungkan kemampuan fan keberlangsungan penyediaan bahan baku tersebut, sehingga jika di Pati bisa menyediakan sesuai kebutuhan, tentu bisa ditindaklanjuti tahap berikutnya.
Apalagi, jika dari daerah sekitar juga bisa menghimpun ketersediaan bahan baku tersebut, maka ke depan diharapkan buah sukun akan mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat pemiliknya. ”Dengan demikian, buah tersebut tidak hanya sekadar dikonsumsi digoreng atau dibuat ceriping semata.”
Merespons atas informasi tersebut, Pembina Sako Pramuka Penegak FWP, Andik Aristiawan menyatakan siap menindaklanjutinya. Apalagi, jika Pati saat ini juga mempunyai slogan Ramah Investasi, pihaknya bersama anggota Pramuka Penegak binaannya siap untuk mulai melakukan pendataan ke desa-sa.
Sebab, saat ini tengah dipersiapkan para penegak turun ke desa-desa untuk melakukan pencatatan dan pendataan tentang potensi budaya di setiap desa dalam lingkup Kabupaten Pati. ”Bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka penggalian data tentang potensi pohon sukun yang sudah berbuah di tiap desa bisa dilakukan,”katanya.(sn)