PT Kawasan Industri Wijayakusuma Siap Berkontribusi Pertumbuhan Ekonomi

SAMIN-NEWS.com, SEMARANG – PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) saat ini mengelola kawasan seluas 250 hektare dengan 97 investor, terdiri dari 60 perusahaan PMDN dan 37 PMA dengan menyerap lebih dari 21 ribu, atau tepatmya 21.451 tenaga kerja. Saat ini masih tersedia lahan seluas 65 hektare siap menerima investor.

Demikian penegasan Direktur Operasional PT KIW,  Ahmad Fauzie Nur seraya menambahkan bahwa kabar rencana masuknya PT CDS Asia (Alpan Lighting), sebuah perushaan berteknologi tinggi yang bergerak di bidang industri lampu tenaga surya asal Amerika Serikat (AS). Untuk  itu, KIW menyambut baik dan welcome bergabung sekaligus diharapkan mampu menggeliatkan pertumbuhan ekonomi yang sempat melamban bangkit kembali.

Menjawab pertanyaan rencana pengambangan kawasan baru di luar kawasan yang sekarang sudah eksisting, Fauzie menjelaskan, KIW bangga dan muncul semangat baru di saat lahannya tinggal tersisa 65 hektare pihaknya mendapat penugasan untuk menjadi pengembang dan pengelola Kawasan Industri Baru (KIB). Tidak tanggung-tanggung, lanjutnya, karena dapat penugasan di dua tempat, yaitu Kawasan Industri Brebes dan Kawasan Industri Terpadu Batang.

Rujukannya berdasarkan Peraturan Presiden  (Perpres) Nomor 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal-Semarang, Salatiga-Demak-Grobogan, Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung, dan Kawasan Brebes-Tegal-Pemalang. ”Kami ditugasi memngembangkan dan mengelola Kawasan Industri Brebes, di mana masuk kategori Proyek Strategis Nasional (PSN),”ujarnya.

Pihaknya ingat betul, lanjut dia, dalam rapat terbatas Presiden Jokowi di Istana Bogor Juli 2019, dan salah satu hasilnya adalah mengembangkan kawasan industri Brebes. ”Setelah mendapat penugasan akhir Desember 2019, maka mulai Januari  2020 KIW langsung melakukan koordinasi dengan kementrian dan lembaga terkait,”papar Fauzie , Master of Biusiness (Accounting) lulusan Australian  National University Canbberra dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.

Sedangkan penugasan kedua di Kawasan Industri Terpadu Batang Jawa Tengah, Selasa (30/6). Dibukanya kawasan idustri terpadu tersebut diharapkan dapat menarik investasi dari 119 perusahaan yang berecana merelokasi pabrik dari China, maka pertanyaannya mengapa dibuka kawasan industri di Batang?

Satu saja jawabannya, yaitu ingin membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, cipta lapangan kerja. Pertimbangan ini masuk akal untuk menarik industri-industri yang akan relokasi dari Tiongkok (China) ke Indonesia, baik itu dari Jepang, Korea, Taiwan, Amerika, atau dari negara manapun, karena paling tidak ada tiga aspek yang harus diperhatikan agar investor baik luar negeri maupun dalam negeri tertarik.

Untuk menarik investor   menanamkan investasinya, paling tidak ada tiga komponen yang harus diperhatikan. Yaitu pertama, harga lahan yang murah atau kompetitif, kedua , perizinan yang cepat, murah, mudah dan pasti, ketiga, palayanan yang prima.

Hal tersebut menjadi perhatian serius, di mana Presiden Jokowi menegaskan tidak mau lagi tadi ada 19 potensi perusahaan yang akan relokasi dari tiongkok ke luar, jangan sampai kita tidak mendapatkan perusahaan-perusahaan itu untuk mau masuk Indoesia. Jangan  kalah dengan negara-negara lain.

Jika mereka memberi harga tanah Rp 1 juta ya kita harus bisa memberikan harga lebh kompetitif dari itu. Kalau mereka mengurus di tempat lain seminggu, ya kita harus sehari dua hari. Harus memiliki  sebuah competitiveness yang baik. Kalau tidak, jangan sampai peristwa tahun lalu terjadi lagi, ada relokasi dari Tiongkok 33 perusahaan kita satu pun tidak dapat (masuk ke Indonesia).

Karenanya sangat beralasan, mengingat pada 2017 sebanyak 73 perusahaan Jepang berlokasi di kawasan Asia Tenggara. Sebanyak 43 di antaranmemilih Vietnam, 11 perusahaan ke Thailand, dan Filipina . Sementara Indonesia hanya kebagian 10 perusahaan Jepang, ditambah lagi, mengutip laporan Bank Dunia sebanyak 33 perusahaan memutuskan keluar dari China pada Tahun 2019.

Dari jumlah itu, 23 di antaranya memilih berinvestasi di Vietnam. Sisanya, pilihan jatuh ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand. Satu pun tidak ada yang ke Indonesia. Peristiwa ini membuat Presiden jengkel.

Untuk kawasan industri Brebes, progres tetap berjalan, bahkan master plan tinggal finalisasi dan paparan ke Kementrian BUMN, feasibility study atau FS finalisasi, Amdal masih proses melengkapi dokumen kerangka acuan serta Amdalalin sedang berproses. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Brebes berjalan lancar dan sangat intens.

Sedangkan untuk Kawasan Industri Terpadu Batang, saat ini progresnya  pembentukan konsorsium pengelola kawasan industri, tiga Perusahaan BUMN, masing-masung PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Kawasan Indistri Wijayakusuma (KIW) dan PT Perkebunan Nasional (PTPN) IX dan juuga Pemerintah Kabupaten Batang.

Masing-masing sesuai core bisnisnya, PP PP menangani infrastruktur, KIW mengelola kawasan industri dan PTPN IX menyediakan lahan. Ini semua didukung oleh para pihak  terutama kementerian, lebaga dan BUMN.

Secara marathon rapat koordinasi dilakukan setiap minggu, baik tiga pilar utama PTPN IX, PT PP dan PT KIW, ditambah stakeholder yang lain sebagai  supporting seperti jajaran Komenko Maritim dan Investasi, Komenko Perekonomian, Kemenyrian BUMN, PUPR, Perindustrian, Perhubungan, Agraria dan Tata Ruang, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKPM, Binamarga, Pelindo, PLN, Pertamina, KAI, Pemprov Jateng dan Pemkab Batang.

Bagi-bagi tugas, Kementrian PUR dan Binamarga berencana membuka exit tol yang ada tersedia berjarak 16 kilometer menuju kawasan industri. Untuk urusan listrik menjadi tanggung jawab  PLN harus dijamin harga daya listrik di dalam kawasan tidak lebih mahal dibanding dengan harga  daya di luar kawasan.

Selebihnya, pasokan gas menjadi tanggung jawab Pertamina. Fasilitas gas ke kawasan menjadi sangat strategis, jangan sampai perusahaan sudah akan berjalan pasokan gas belum ada. Air bersih dan air baku menjadi urusan Direktorat Jenderal  Sumber Daya Air Kementrian PUPR. Gerak cepat juga dubutuhkan  oleh Kementrian Perhubungan  sebagai regulatr  untuk menugadskan PT KAI sebagai operator merevitalisasi jalur kereta api dengan fokus Stasiun  Pelabuhan adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di8 Ketanggan, Gringsing, Batang.

Tidak hanya merevitalisasi Stasiun Plabuan, termasuk mempersiapkan dryport. Kementerian Perhubungan juga juga menugaskan Direktorat Jenderal  Perhubungan Laut dan PT Pelindo III untuk merevitalisasi pelabuhan tua Batang. Ini sejalan dengan gagasan Menteri Erick Thohir menarik insetasi Jepang  dan AS, bakal sulap pelabuhan peninggalan Belanda terkoneksi dengan Kawasan Industri Batang.

Previous post Realita di Pulau Seprapat
Next post Sheet Pile yang Terpasang di Pinggir Jalan Menuju Pulau Seprapat Bukan Untuk Tambat Kapal

Tinggalkan Balasan

Social profiles