HINGGA hari ini, linimasa media sosial twitter masih saja dibanjiri cuitan mengenai design billboard atau spanduk HUT Ke-75 RI yang dianggap oleh beberapa orang menyerupai simbol salib. Hal tersebut tentu terdengar remeh-temeh dan tidak penting bagi beberapa orang. Namun menurut saya hal tersebut justru penting, setidaknya untuk membuat nuansa menjelang 17 Agustus semakin kental.
Polemik tersebut pertama mencuat di Solo yang disuarakan oleh salah satu ormas keagamaan yang kemudian disusul oleh ormas-ormas lain. Mereka menyoal dan mempermasalahkan design tersebut, bahkan mereka tidak segan melayangkan permintaan agar banner-banner tersebut harus diturunkan.
Lain halnya dengan beberapa ormas keagamaan tersebut, netizen di laman twitter rata-rata justru menyayangkan tindakan ormas yang dinilai terlalu berlebihan. “Perihal Ada Gambar Seperti Salib aja di ributin…Noh negara noh, ambrukk, hancurr, rakyat yang miskin tambah miskin, itu yang kalian cari jalan solusinya, malah logo yang di permasalahkan..” cuit salah satu akun twitter.
Bukan hanya mereka saja, bahkan beberapa tokoh pun ikut bersuara perihal polemik yang sedang trending tersebut. Berbeda dengan yang lain, Ustad Yusuf Mansur justru memberi pandangan yang berbeda dengan visual design tersebut. “Saya pertama kali melihat, kayak sepintas malah kayak bendera Jepang,” kelakarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa masyarakat dan semua pihak seharusnya mengambil momentum seperti ini sebagai cerminan agar lebih berhati-hati. “Tentang diduga ada lambang salibnya, ya emang sebagian melihatnya demikian. Semoga ini hanya karya seni. Ke depan mudah-mudahan lebih hati-hati. Manusia sifatnya salah dan kurang. Benerin dan sempurnain aja,” ungkapnya.
Polemik seperti ini sebenarnya bukan hal baru, coba saja kita ingat kembali di tahun sebelumnya. tentu masih belum kering ingatan kita dengan logo HUT RI ke-73 dua tahun lalu yang dianggap menyerupai logo game FPS Point Blank dan sempat sangat ramai itu. Atau kalau mau mengingat lebih jauh, betapa logo HUT RI edisi tahun 2005-2014 yang banyak dinyinyiri oleh para pegiat desain grafis karena dianggap sangat buruk dan monoton dan hanya menambahkan gambar bendera di sebelah angka.
Dari rangkaian tersebut, saya justru menganggap polemik dan geger-geger seperti ini memang diperlukan. Setidaknya munculnya permasalahan seperti ini membuat momen perayaan kemerdekaan lebih dinamis dan terasa “Ghiroh” nya. Terlebih disaat masa pandemi seperti ini, semua orang pasti sudah sangat dipusingkan oleh dampak yang ditimbulkan oleh virus corona. Setidaknya hal seperti ini justru membuat semangat kemerdekaan kian menyala…