Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak Forum Wartawan Pati (FWP) tengah membahas persiapan pelaksanaan pencatatan budaya lokal ke desa-desa di Kabupaten Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Dalam upaya mewujudkan pengkayaan dan memajukan budaya daerah sebagaimana diatur dalam UU 5 Tahun 2017, Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak Forum Wartawan Pati (FWP) tengah mempersiapkan diri untuk terjun ke desa-desa. Hal itu dilakukan dalam rangkaian pencatatan budaya atau adat istiadat, serta peninggalan situs yang ada di desa tersebut.
Hal itu sekaligus untuk memberikan pemahaman tentang pencatatan setiap peristiwa dengan model laporan jurnalistik, sehingga diharapkan pada akhirnya nanti mereka bisa menuliskan laporan itu sesuai kaidah-kaidah jurnalstik. Salah satu yang utama, tak lain dalam memilih dan menentukan narasumber dalam memperoleh bahan tulisan.
Dengan demikian, kata Sekretaris FWP, Satriyo, pemahaman dasar penulisan jurnalistik yang harus mereka pahami adalah menggali data dari narasumber, kemudian melakukan chek and rechek agar setiap tulisan yang dihasilkan benar-benar berimbang. Selain itu, data yang diangkat sebagai bahan tulisan juga tidak kering, tapi benar-benar memenuhi stnadar penulisan sebuah karya jurnalstik.
Jika mereka benar-benar mau belajar dengan terjun langsung menghadapi permasalahan di lapangan, pengalaman empiris di lapangan pasti akan lebih memperkaya dan membuka lebar cakrawala berpikir mereka. ”Hal itulah yang akan memberikan kemampuan lebih di banding para penegak dari anggota satuan karya (Saka) lainnya,”ujarnya.
Untuk pelaksanaan pencatatan budaya yang ada di desa-desa se-Kabupaten Pati, masih kata dia, jika pada akhirnya nanti bisa terhimpun secara keseluruhan dan cukup komprehensif, maka sebuah pustaka akan budaya lokal bisa membuka khasanah baru. Hal itu tentu kembali kepada kemauan dan kemampuan mereka dalam menggali sumber data yang dibutuhkan.
Mengingat hal tersebut, sebelum mereka terjun ke desa-desa, maka pembekalan dalam pengkayaan materi dari narasumber tetap akan diberikan. Sedangkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, pilihan waktu paling tepat adalah pada tiap Sabtu siang menuju ke lokasi desa sasaran, bermalam di desa tersebut.
Saat bermalam itulah mereka bisa menghimpun penjelasan dari narasumber tentang apa yang harus mereka tulis, sehingga pada Minggu pagi bisa melakukan pengecekan ke peninggalan situs-situs yang ada. Hal tersebut bisa dilakukan hingga siang hari, dan jika dirasakan sudah cukup maka mereka kembali ke pangkalan, atau langsung ke rumah masing-masing.
Kendati demikian, satu hal yang tak boleh diabaikan adalah mencatat nomor telepon atau kontak personel setiap narasumber yang ditemui. ”Tujuannya, jika saat harus menuliskan data yang didapat tapi ada bagian yang lupa bisa ditanyakan ulang kepada narasumber yang bersangkutan,”imbuh Satriyo.(sn)