Buka Puasa Bersama di Lapangan Terbuka, Mengapa Tidak?

Salah satu keluarga dan komunitas muda-mudi usai berbuka bersama di lapangan terbuka, Alun-alun Simpanglima Pati.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI-Puasa Ranadan kali ini masalah buka bersama (Buber) di Pati tengah ngetrens, sehingga banyak kelompok mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, keluarga, dan para pemudik melakukan hal itu. Mereka yang melakukan pembatalan puasa dengan cara itu pun tidak perlu dibuat repot dalam mencari tempat, karena acara itu tidak perlu digelar di rumah makan maupun restoran.
Apalagi bagi kelompok yang tidak berkocek tebal, atau sekadar berkumpul, bertemu teman lama untuk mnyelenggarakan acara tersebut, di Pati mempunyai tempat yang mampu menampung ratusan orang. Tempat tersebut kini tengah ngetrens, yaitu lapangan Alun-alun Simpanglima karena berlokasi tepat di tengah-tengah kota.
Kendati dalam suasana hiruk pikuk bunyi aneka musik dari DVD player maupun penyedia jasa mainan anak-anak, dan pedagang kaki lima (PKL) yang menjadikan ruang publik alun-alun sebagai ”narawita mathok” dalam mencari sumber penghidupan, tiap-tiap kelompok saat menjelang berbuka sudajh lumpul di tengah-tengah lapangan. Sebab, tiap kelompok terlebih dahulu harus memesan makanan maupun minuman sesuai selera bersama.
Bagi para pendatang atau warga Pati yang baru tiba dari mudik, kebanyakan memilih makanan soto kemiri, sehingga PKL penjualnya, Cecep yang memang warga Dukuh Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Kota Pati, sejak pukul 17.00 harus mempersiapkan racikan m,enu soto ayam yang dijualnya. ”Sekali meracik untuk keperluan berbuka tiap kelompok, antara 15 sampai 25 mangkuk,”ujarnya.
Karena tenda untuk pengunjung warung tidak mampu menampung semua kelompok yang hendak berbuka, katanya lebih lanjut, maka di atas lapangan rumput, di belakang warungnya harus ditambah sejumlah lembaran tikar yang harus digelar. Hal sama juga dilakukjan para penjaja makanan warung tenda lainnya yang berderet di kawasan ruang publik tersebut.   
Bamyaknya kelompok yang tiap sore melakukan buka bersama  pun dia belumsejak awal Ramadan hingga sekarang, maka satu kali pun dia belum pernah libur. ”Jika ditanya berapa omset setiap kali
berjualan, rata-rata bisa mencapai Rp 2 juta semalam, tapi kadang-kadang ya ada lebihnya.”
Dalam kesempatan sama, Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Simpanglima Pati (Simpati), Tukhul Haryanto mengatakan, semakin ngetrens Alun-alun Simpanglima Pati sebagai pusat berbuka bersama, hal itu menunjukan bahwa mereka merasa cocok dibanding di rumah makan maupun restoran. ”Dengan demikian, publik memang benar-benar membutuhkan ruang publik yang terbuka untuk kenyamanan mereka berkumpul.”
Untuk berbuka di ruang publik, di tengah-tengah lapangan alun-alun Simpanglima Pati, mengapa tidak? ”Di ruang publik ini, kami merasa merakyat karena membaur bersama kelompok masyarakat lainnya, dan alun-alun ini benar-benar menjadi pusat wisata kuliner Kota Pati,”kata salah seorang anggota kelompok, Winarto (28) yang baru tiba mudik dari Jakarta.(sn)
Previous post Zonasi PPDB Tetap Harus Diwaspadai
Next post Mengakhiri Masa Reses Anggota Dewan Noto Subianto Ajak Buber Pendukungnya

Tinggalkan Balasan

Social profiles