SAMIN-NEWS.com, PATI – Dalam melaksanakan program Bedah Rumah yang sumber dananya berasal dari aspirasi seorang anggota DPR RI, Sudewo ST MMT, memang perlu dicek ulang dari sisi pelaksanaannya. Sebab, ada rumah yang selesai dibedah dengan dinding berubah menjadi tembok dari bata jenis ”hebel”, justru tanpa disertakan fasilitas sebagai tempat sirkulasi udara, minimal adalah jendela.
Dengan demikian, anehnya rumah berlantai tanah dan berdinding bambu yang sebelumnya tidak terlalu pengap karena masih ada lubang untuk sirkulasi udara minimal di ruang tengah/depan atau yang lazim di ruang tamu, kondisi menjadi sebaliknya. Karena hanya terpasang satu jendela kecil di bagian depan, maka hal tersebut dipastikan, bahwa kondisi rumah setelah selesai dibedah justru udara di dalam ruangan menjadi pengah.
Salah satu dari sebelas rumah yang dibedah di desa itu, adalah milik, Turiman, sedangkan yang menjadi koordinator pelaksanaannya adalah Solikin juga warga desa setempat. ”Dalam ruang kamar tidur, hanya ada lubang angin dari dua skur penyangga tiang kayu antarkamar, sehingga untuk kamar tidur pun tidak ada jendelanya,”tutur Turiman, ayah dua anak yang rumahnya masuk daftar dibedah.
Menjawab pertayaan, Turiman menambahkan, sesuai penjelasan pihak pemberi bantuan untuk melaksanakan bedah rumahnya, anggaran yang dikucurkan seluruhnya adalah Rp 17.500.000. Masing-masing untuk biaya tenaga yang menggarap pekerjaan tersebut Rp 2.500.000, dan Rp 13.500.000 untuk membeli material, sehingga masih tersisa Rp 1.500.000 yang sampai sekarang masih belum jelas untuk keperluan apa, karena masih belum diterima.
Terlepas dari hal itu, pembelian material yang disediakan selain bata ”hebel” juga beberapa batang reng dari bahan alumunium pengganti reng kayu, tapi untuk atap genteng masih menggunakan genteng lama milik sendiri. ”Sedangkan untuk lantai dalam rumah, cukup dipelur campuran pasir dan semen tapi juga belum keseluruhan karena untuk dapur masih tanah,”ujarnya.
Ketika dihubungi di kediamannya yang juga baru dibangun, Solikin, juga warga desa tersebut tidak ada di tempat, karena kebetulan sedang di sawah. ”Biasanya sebelum jam 12.00 sudah pulang,”tutur istrinya Daryanti yang membenarkan, selain mendapat bantuan bedah rumah suaminya juga yang memborong 11 bedah rumah lainnya.