Satu Pemakaman Jenazah Standar Protokol Covid-19 di Pati Utara

Sisi lain tim pemakaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang pernah mendapat jatah uang ”shalawat” saat memakamkan jenazah di suatu tempat, tapi uang tersebut tertinggal.

SAMIN-NEWS.com, PATI – Sesekali waktu ”Samin News” (SN) merasa perlu menginformasikan hal-hal tak sengaja dialami oleh tim pemakaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, karena secara kebetulan Jumat (20/11) kondisinya seperti Kamis (19/11) kemarin. Yakni, sejak pagi hingga siang ini hanya ada satu jenazah yang dimakamkan dengan standar protokol Covid-19.

Sedangkan pemakaman yang berlangsung hari ini, dilakukan oleh tim relawan dari Pati utara yag tergabung dalam Tim Tunggulwulung, karena yang meninggal adalah seorang perempuan warga Desa Ngemplak Kidul, Kecamatan Margoyoso. Sebelum meninggal, almarhumah sempat dirawat di RSUP Dokter Kariadi Semarang.

Terlepas dari hal tersebut, jika jenazah yang harus dimakamkan dengan standar protokol Covid-19 dalam dia hari terakhir ini memang berkurang secara signifikan, hal itu yang tentu menjadi harapan bersama agar Pati tidak bercokol di wilayah status zona merah. Akan tetapi jika informasi kematian yang dimakamkan dengan standar protokol Covid sengaja ditutup, maka masyarakat justru kehilangan informasi berharga, karena tidak bisa membedakan antara kondisi ini saat ini, dan kondisi sebelumnya.

Begini salah satu personel tim pemakaman dari BPBD Pati saat harus berlama-lama menunggu kedatangan jenazah.

Karena itu, dalam kesempatan seperti tersebut, ada di antara anggota tim yang mencoba becerita tentang hal ringan dan lucu, tapi juga sebagai hal yang kali pertama mereka alami. Yakni, ketika harus menunggu pemakaman di hari Jumat seperti sekarang ini meskipun jam sudah menunjuk angka  11.00 lebih, tapi mobil ambulans yang mengantar jenazah belum juga tiba di tempat pemakaman umum (TPU) itu.

Akan tetapi begitu ada unsur perwakilan dari almarhum yang datang, maka hal yang dilakukan adalah sebagaimana lazimnya mengikuti adat pemakaman yang berlangsung pada masa nenek moyang mereka. Yaitu, siapa saja yang ikut berada di lokasi pemakaman pasti mendapat yang namanya uang shalawat, termasuk juga bisa menikmati makanan nasi kuburan untuk para penggali kubur.

Karena tim sudah memakai alat pelindung diri (APD), tentu termasuk pakaian yang sudah pasti tidak ada kantongnya, sehingga pemberian uang ”shalawat” tersebut diminta untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik warna kuning yang secara kebetulan berada di tempat itu, ”Namun usai pemakaman saat hendak mengambil uang shalawat, kantong plastik warna kuning itu sudah tidak ada,”ungkap salah seorang anggota tim yang sehari-hari akrab disapa dengan panggilan Purnama tersebut.

Previous post Masuknya Nilai Baru Oleh Kolonial, Status Perempuan Dianggap “Kawulo Wingking”
Next post Pembatasan Ketat; Jangan Sampai Muncul Klaster Baru Pulau Seprapat

Tinggalkan Balasan

Social profiles