Jika para petani saat awal menanam padi di musim tanam (MT) pertama ini sudah harus membuat barikade (pengaman) petak areal sawahnya dari bahan material seng secara berkeliling, hal itu menunjukkan bahwa saat ini di kawasan areal persawahan yang sebenarnya tidak banyak tumbuh rerumputan maupun semak-semak, untuk tempat bersarangnya hama tikus tentu upaya memasang barikade tersebut tak perlu dilakukan. Akan tetapi, jika kondisi itu harus mulai dilakukan maka tanda-tanda ancaman serangan hama pengerat itu sudah benar-benar merisaukan para petani, sehingga berapa biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk membeli materi sebagai barikade agar tanaman padi mereka tidak menjadi bulan-bulanan hama itu, sehingga jika hanya sekadar dilakukan pembasmian menggunakan obat-obatan atau gropoyokan tentu tidak menyelesaikan masalah.
Apalagi, serangan hama tikus itu berlangsung pada malam hari dengan jumlah tidak tanggung-tanggung, dan konon sudah dalam bentuk ”pasukan” sehingga jika tidak menggunakan barikade seperti itu, maka harapan untuk bisa panen pasti tidak bisa terpenuhi, karena untuk membeli lembar seng itu per meter persegi berapa kali luas areal persawahan mereja, sudah harus mengeluarkan uang berapa sehingga bagi petani yang mampu memasang barikade itu tentu tidak masalah. Akan tetapi bagi yang tidak mampu, maka harus kembali bersama-sama melakukan pembasmian hama tukus tersebut dengan cara menggunakan strum listrik yang dialirkan ke kawat bendrat, dan para petani harus disilpin jangan ada yang malam-malam atau pagi-pagi sebelum aliran strum itu dimatikan sudah berada di sawah. Hal itu tentu sangatlah membahayakan, dan memang nyawa taruhannya.
(Foto:SN/aed)