Membedakan Fragmen Wasis Joyokusumo atau Kembang Joyo, atau Tombronegoro

Redaktur ”Samin News” Alman ED.(Foto:SN/dok-aw22)


SAMIN-NEWS.COM DALAM karya seni ”fragmen” itu sebuah petikan/cuplikan cerita/lakon utuh, sehingga tidaklah sulit untuk membedakan tentang lakon apa yang sedang dimainkan para peraga atau pemegang perannya. Demikian pula, fragmen tentang Wasis Joyokusumo yang menjadi bagian dari prosesi Kirab Boyongan peringatan Ke-696 Hari Jadi Pati, kiranya tetap patut menjadi catatan khusus.
Alasannya, sekali lagi, agar tidak terjadi ”pembodohan massal”  terhadap masyarakat hanya karena kepentingan satu atau sekelompok panitia penyelenggara HJP yang tidak mempunyai kepahaman tentang siapa itu sosok seorang Wasis Joyokusumo. Karena itu, catatan khusus ini menegaskan, lwbih baik fragmen tersebut diganti cerita lain yang ada hubungannya dengan Raden Kembang Joyo maupun Raden Tombronegoro.
Akan tetapi, catatan khusus ini tampaknya juga tidak menyentuh rasa kepedulian oleh kelompok kepentingan penggagas atau pelaksana fragmen itu. Semisal pertunjukan itu digelar tidak dalam rangkaian prosesi kirab, barang kali logika berpikir kita yang tetap waras masih bisa menerima karena kesenian itu sifatnya tetap universal.
Kendati demikian, kesenian tetap harus mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pencerahan kepada para penikmatnya, bukan sebaliknya justru meracuni konteks kesejarahan Pati yang sebenarnya masih carut-marut ini. Apalagi memasukkan agenda fragmen Wasis ini dengan dasar berpikir, bahwa dalam ritualisasi dan sakralisasi prosesi kirab ini ”para tetua” minta diikutsertakan.
Dasar berpikir dalam bingkai yang jelas-jelas alogika ini, tentu sulit bisa diterima oleh nalar kebanyakan orang. Sebab, dari konteks kesejarahan masa perdaban Wasis Joyokusumo jauh di belakang dari rentang waktu masa peradaban Kembang Joyo maupun Tombronegoro (1323) yang menjadi titik tumpu penetapan HJP, dan Wasis Joyokusumo baru ada setelah menunggu berabad-abad kemudian, yaitu menjelang berakhirnya abad XV sekitar Tahun 1582.
Dengan demikian, kendati itu hanya karya seni sebuah fragmen tapi hendaknya dijauhkan dari kepentingan yang tidak bertanggung jawab. Apa pun alasannya, karya seni fragmen itu tidak sulit dibedakan antara fragmen Wasis Joyokusumo dengan fragmen tentang Kembang Joyo atau Tombronegoro.
Jika masyarakat ingin tahu di mana letak perbedaannya, saat menonton kirab nanti asal jumlah peraganya 60 orang dengan personel pengiring ilustrasi 10 orang, itulah fragmen Wasis Joyokusumo. Sedangkan untuk penggambaran ceritanya, bisa saja berdasarkan cerita tutur peperangan Wasis dengan Baron Skeber, atau kisah asmara antara Baron Skeber dengan Roro Suli, dan bisa saja cerita itu melebar penyerbuan Wasis Joyokusumo ke Mataram melawan Panembahan Senopati.
Lain dengan fragmen cerita tentang Kembong Joyo, yaitu penyatuan antara Kadipaten Carangskok dan Paranggaruda serta Kawedanan Majasemi. Berikutnya Kembang Joyo bersama Dalang Soponyono babat alas di Kemiri, wehingga dalam adedgan ini akan digambarkan munculnya gangguan dari para lelembut penghuni hutan tersebut.
Atau Adipati Tombronegoro, satu-satunya putra Kembang Joyo memindahkan pusat pemerintahan dari Kemiri ke Kaborongan. Seharusnya adegan-adegan cerita inilah yang wseharusnya difragmenkan, bukan cerita tentang Wasis Joyokusumo yang sama sekali tidak ada kaitannya prosesi kirab boyongan HJP.(Ki Samin)
Previous post Membumikan Peringatan Hari Jadi Pati; Sebuah Catatan dari Beberapa Tulisan (25)
Next post Adv. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto ,SH, MH ,CLI ,CLA,CRT Presiden KAI memerintakan Adv .Agung Widodo ,SH,S.Sos.MH,CIL WAKA ADVOKASI DPD KAI JATENG Untuk Memberikan Konsultasi Hukum Gratis Tentang Permasalahan Hukum Keluarga.

Tinggalkan Balasan

Social profiles