MESKIPUN vaksinasi Covid-19 telah dimulai, tetapi suara-suara penolakan vaksin justru semakin terdengar. Yang terbaru, Politisi PDIP Ribka Tjiptaning menjadi salah satu pihak yang dengan terang-terangan menolak untuk divaksin.
Setalah BPOM resmi mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 Sinovac beberapa waktu yang lalu, hari ini proses vaksinasi pertama telah dilaksanakan dengan menyuntikkan vaksin tersebut kepada Presiden Jokowi yang disiarkan langsung di kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Meskipun demikian, bukan berarti suara penolakan tidak ada. Nyatanya masih ada pihak yang secara terang-terangan menyatakan penolakannya terhadap vaksin asal China tersebut. Ialah anggota DPR Komisi IX dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ribka Tjiptaning yang menjadi pihak paling lantang menolak vaksinasi tersebut.
Penolakan tersebut ia sampaikan dalam rapat kerja Komisi IX kemarin. “Saya tetap tidak mau divaksin meskipun sampai yang usia 63 tahun bisa divaksin, misalnya hidup di DKI Jakarta semua anak cucu saya dapat sanksi Rp5 juta mending saya bayar,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito megaku menghargai apa yang menjadi pendapat Ribka kali ini. Meskipun begitu, ia juga meminta kepada semua pejabat publik untuk turut mendukung pelaksanaan vaksinasi.
Pernyataan Ribka tersebut boleh jadi memang cukup beralasan. Sampai saat ini, Efikasi atau estimasi efektivitas vaksin Sinovac memang masih belum pasti. Pada bulan lalu, peneliti Turki menyatakan bahwa efikasi vaksin Sinovac mencapai 91,25 persen, sementara para peneliti Brazil menyatakan efikasi Sinovac mencapai 78 persen. BPOM sendiri mengumumkan bahwa efikasi Sinovac berada di angka 65,3 persen. Angka tersebut sudah memenuhi persyaratan minimal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni di atas 50 persen.
Akan tetapi, kabar terbaru menyatakan para peneliti Brazil mendapati bahwa efikasi vaksin Sinovac terjun bebas dari hasil pengujian sebelumnya. Jika sebelumnya efikasinya sebesar 78 persen, kini, uji terbaru menyatakan bahwa efikasi vaksin Sinovac hanya 50,4 persen, alias hanya berjarak tipis dari batas minimal efikasi yang ditetapkan oleh WHO.
Melihat hal tersebut, bukan berarti pada pengujian-pengujian selanjutnya hasilnya pun akan berubah. Ada kemungkinan naik, tapi tentu tak menutup kemungkinan juga untuk justru semakin turun dan tidak mencapai batas efikasi WHO.
Yaaa, kalau sudah begini Iman dan menjaga kesehatan lah yang bisa menjadi pilihan terbaik.