SAMIN-NEWS.com, PATI – Di Kabupaten Pati disebut grafik angka bayi stunting ada dua arah, yaitu terjadi kenaikan serta sebaliknya. Masing-masing dalam kategori bayi usia di bawah lima tahun menunjukkan kenaikan, sementara di bawah usia dua tahun mengalami penurunan.
“Angka kasus bayi stunting kan ada dua kategori. Untuk balita naik sedikit, dan baduta itu awal tahun ini turun. Untuk stunting balita dari 4,85 menjadi 5,3,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) pada Dinas Kesehatan Kabupaten, Hartotok kepada Saminnews beberapa waktu lalu.
Menurutnya, terkait penanganan kasus stunting di Kabupaten Pati ditekan melalui upaya preventif atau tindakan pencegahan. Dimana langkah ini diambil guna menyiapkan generasi penerus dari bayi tersebut, sehingga ke depannya dalam keadaan sehat normal.
“Terkait efek stunting, sebenarnya kita fokuskan di pencegahannya. Supaya generasi ke depan tidak mengalami stunting, dan fokusnya kita di baduta dulu. Makanya calon-calon pengantin itu diedukasi,” jelasnya.
Dalam upaya preventif pencegahan stunting itu, Dinas Kesehatan dengan menggandeng beberapa instansi terkait. Diantaranya adalah dari Kementerian Agama serta Dinsosp3akb dengan memberikan edukasi materi konsepsi kesehatan ibu dan bayi yang sehat.
“Jadi misalnya tidak hamil muda, tentang kesehatan reproduksi, sejak remaja diintervensi dengan gemar minum tablet tambah darah. Sudah disiapkan, setelah lulus sekolah, bekerja lalu menikah itu reproduksinya sehat,” Hartotok menjelaskan.
Disamping itu, lanjutnya upaya pencegahan stunting kepada remaja juga dilakukan kepada ibu-ibu ke masyarakat di rumah gizi. “Semua kita libatkan, dari FKD, Posyandu, pokoknya dalamnya pencegahan mengatasinya harus bareng,” imbuhnya.
Dalam upaya pencegahan stunting tersebut, pihaknya menegaskan tidak bisa dilakukan hanya oleh Dinkes. Pasalnya, misalnya seperti edukasi juga melibatkan beberapa instansi. Dimana dalam istilahnya yaitu konvergensi atau secara menyeluruh.