Redaksi : Untuk melengkapi kebenaran tentang ramalan Sri Aji Jayabaya bahwa Pulau Jawa ini ”kalungan” (berkalung)” besi sebenarnya sudah lama lewat, tapi yang masih bertahan hanya di Pulau Jawa bagian selatan dan tengah. Sedangkan ”kalung besi” di Pulau Jawa bagian utara yang tersisa hanya di Semarang, karena yang ke timur mulai dari Demak-Kudus-Pati-Juwana-Rembang hingga Tuban-Jatirogo-Bojonegoro kalung besi itu sudah punah. Sehingga jika PT Kereta Api Indonesia (KAI) ingin membuat kalung besi kembali utuk jalur tersebut, alangkah baiknya kita tunggu saja.
SAMIN-NEWS.com,PATI – Munculnya kabar bahwa kereta api (KA) atau sepur akan kembali diaktifkan di jalur lintas timur pantura Jawa Tengah setelah puluhan tahun tinggal kenangan, sudah pasti Pati akan menjadi bagian di dalamnya. Sebab, rencana reaktivasinya adalah meliputi jalur Semarang-Kudus-Juwana-Lasem-Bojonegoro.
Apalagi, jika sejarah awalnya sepur itu memang dari Semarang relnya melintas, dan menyambung sampai Rembang-Lasem dan Bojonegoro. Dengan demikian, Kabupaten Pati yang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Tengah, dan pernah menjadi jalur perkeretaapian di kawasan pantura timur tentu dipandang oleh pihak berkompeten sebagai kawasan strategis, masuk di dalam rencana tersebut.
Jika menilik bukti-bukti bahwa sepur yang dari Semarang, adalah masuk ke Demak kemudian ke Kudus, berikutnya adalah di Pati, dan jika mau sedikit menguak apa yang masih ditinggalkan bekas-bekasnya, adalah sisa-sisa batangan besi yang tak lain adalah rel sepur tersebut. Rel sepur itu memanjang di sisi tepi utara ruas jalan nasional.
Pernah ada pihak dari Binamarga hendak membongkar batang besi rel yang sudah lama terpendam, karena hal itu dianggap mengganggu pemadatan bahu ruas jalan nasional. Yakni, mulai dari sisi timur halte Kaliampo, tapi pihak PT KAI tetap bersikukuh mempertahankan, dan akhirnya pembongkaran rel sepur yang terpendam tersebut batal dilakukan hingga sekarang.
Barangkali rel besi dari jalur tersebut yang masih tersisa hingga sekarang, adalah dari halte Kaliampo sampai ke Stasiun Puri. Lepas dari itu, rel sepur tersebut melintas di sisi selatan ruas jalan dalam Kota Pati, baik di Jl Sudirman dan Jl Pemuda, lepas ke timur menuju Juwana, sebagain besar sudah banyak yang hilang dijarah pada saat orde reformasi 1998.
Dengan demikian, jika kondisi harta peninggalan PT KAI dalam kondisi seperti sekarang ,akan menjadi tumpuan bangkitnya perkeretaapian di kawasan pantura timur Jawa Tengah, rasanya masih jauh panggang dari api. Maksudnya, hal tersebut akan sulit diwujudkan, dan jika tetap dipakasakan oleh PT KAI sebagai pihak yang benar.
Sebab, jika hal itu tetap dipaksakan maka harga yang harus dibayar terlalu mahal, karena berbagai permasalahan sosial yang muncul sangatlah tidak menguntungkan. Karena itu, akan lebih tepat jika langkah awal yang dilakukan perusahaan milik negara tersebut, adalah menghitung aset-aset miliknya yang sudah tidak terurus sejak puluhan tahun lalu.
Oleh karenanya, jika berandai-andai kapan sepur benar-benar jadi kembali melintas di Pati, rasanya masih terlalu lama untuk menunggunya. Karena itu, pihak yang berkompeten harus melakukan berbagai upaya, termasuk menghitung asas manfaat mengembalikan jalur sepur kembali melintas di kawasan pantai timur Jawa Tengah. Kita tunggu saja…..!!