Redaksi : Untuk melengkapi kebenaran tentang ramalan Sri Aji Jayabaya bahwa Pulau Jawa ini ”kalungan” (berkalung)” besi sebenarnya sudah lama lewat, tapi yang masih bertahan hanya di Pulau Jawa bagian selatan dan tengah. Sedangkan ”kalung besi” di Pulau Jawa bagian utara yang tersisa hanya di Semarang, karena yang ke timur mulai dari Demak-Kudus-Pati-Juwana-Rembang hingga Tuban-Jatirogo-Bojonegoro kalung besi itu sudah punah. Sehingga jika PT Kereta Api Indonesia (KAI) ingin membuat kalung besi kembali utuk jalur tersebut, alangkah baiknya kita tunggu saja.
SAMIN-NEWS.com, PATI – Setelah menelisik jalur lapang lepas Pati-Juwana memang terdapat halte sepur di Dukuh Guyangan, Desa Purworejo, Kecamatan Pati, dan hal itu dibenarkan salah seorang tokoh masyarakat di Juwana, H Supar. Karena itu pengusaha Kuningan Sampurna tersebut ganti menanyakan, bagaimana kondisi stasiunnya, mengingat haltenya sudah tidak ada.
Dengan demikian, jika stasiunnya masih ada tapi sudah puluhan tahun tak berfungsi lagi hingga sekarang ini, sudah barang tentu kondisinya tak layak lagi sebagai sebuah stasiun. Sehingga jika nanti oleh PT KAI akan dimanfaatkan lagi karena jaringan kereta api itu direncanakan bisa kembali melintas di jalur pantura timur Jawa Tengah, mulai dari Samarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang, bahkan sampai Tuban, Jatirogo hingga Bojonegoro, untuk stasiunnya pasti juga dimanfaatkan lagi.
Apalagi, jika melihat lingkungan sekitar stasiun yang bila banjir digunakan untuk mengungsi warga Desa Doropayung, Kecamatan Juwana terebut juga sudah memasang papan nama bahwa tanah di sekitar lokasi stasiun tersebut adalah milik PT KAI. Dengan demikian, jika sekarang sudah ditempati puluhan rumah warga, sudah barang tentu nanti akan menjadi permasalahan tersendiri.
Dengan kondisi tersebut, maka rel sepur di stasiun itu pun sama sekali sudah tidak ada termasuk jembatan khusus rel kereta api. Sebab, beberapa meter untuk KA yang keluar dari stasiun Juwana menuju Rembang, dan juga sebaliknya yang baru datang dari Rembang hendak memasuki stasiun tersebut harus melintas di atas alur Kali Juwana.
Karena itu jika, rel dan jembatan di atas alur kali tersebut sudah tidak ada berarti ini juga menjadi bagian permasalahan tersendiri. Dengan demikian, jika memang PT KAI akan membangun jaringan jalur kereta api di kawasan pantura timur Jawa Tengah kini adalah sebuah pekerjaan yang benar-benar berharga mahal.
Mengingat kondisi tersebut, maka sebuah kerja besar dan cukup berat pasti akan menjadi pernak-pernik permasalahan tersendiri. Belum lagi hal yang khusus berkaitan dengan aset tanah dalam lingkungan kawasan stasiun yang sudah dikuasai warga, sehingga jika stasiun kembali direnovasi maka puluhan rumah warga yang berdiri diatas tanah tersebut sudah pasti harus meninggalkan tempat tersebut.
Akan tetapi, bagian-bagian yang akan memunculkan permasalahan krusial tersebut sudah barang tentu menjadi bagian dari hasil survei yang dilaksanakan pihak konsultan. Dengan demikian, hal itu akan diketahui lebih awal sehingga menjadi agenda pihak yang berkompeten mengambil keputusan ,melanjutkan atau membatalkan rencana pengembangan prasarana perkeretaapian di kawasan pantura timur Jawa Tengah.