Redaksi : Untuk melengkapi kebenaran tentang ramalan Sri Aji Jayabaya bahwa Pulau Jawa ini ”kalungan” (berkalung)” besi sebenarnya sudah lama lewat, tapi yang masih bertahan hanya di Pulau Jawa bagian selatan dan tengah. Sedangkan ”kalung besi” di Pulau Jawa bagian utara yang tersisa hanya di Semarang, karena yang ke timur mulai dari Demak-Kudus-Pati-Juwana-Rembang hingga Tuban-Jatirogo-Bojonegoro kalung besi itu sudah punah. Sehingga jika PT Kereta Api Indonesia (KAI) ingin membuat kalung besi kembali utuk jalur tersebut, alangkah baiknya kita tunggu saja.
SAMIN-NEWS.com, PATI – Banyak warga Pati yang tidak mengetahui bahwa PT KAI (Persero), ternyata mempunyai sisa-sisa aset tanah dan bangunan di Jl Ratu Kalinyamat, Desa Tayu Wetan, Kecamatan Tayu, Pati. Jika ingin ditelusuri lebih jauh lagi, perusahaan milik negara itu mempuyai juga stasiun kereta api yang juga harus berhenti beroperasi, menyesuaikan berhentinya perjalanan kereta api di jalur pantuara timur Jawa Tengah.
Sedangkan stasiun KA di Tayu tersebut, adalah merupakan rangkaian perjalanan sepur itu dari Juwana, meskipun setelah sampai di Tayu tidak ada kelanjutannya mau menuju Jepara atau ke mana juga tidak banyak yang memahami. Sebab, batas kawasan lingkungan stasiun tersebut hanya pada rel yang untuk kepentingan langsir.
Akan tetapi, jika dirunut secara logika mengapa perjalanan KA tersebut dari Stasiun Juwana berbelok ke kiri (utara) lewat Guyangan ke Tayu, maka paling tidak bisa memberikan gambaran bahwa sebenarnya perjalanan kereta api tersebut mengarah ke utara menuju Puncel, Kecamatan Dukuhseti. Sebab, yang membangun jaringan transportasi tersebut adalah pemerintah kolonial, maka kepentingan kolonial tetap harus terpenuhi secara maksimal.
Apa kepentingan kolonial yang harus ditopang dengan alat transportasi kereta api tersebut, tentunya berkait erat dengan perjalanan para misionaris yang harus menuju ke pesisir utara, baik ke Puncel, Ujungwatu sampai Donorojo Jepara. Bukti peninggalan bangunan yang masih ada, adalah sebuah bangunan gereja tua di Tegalombo, Keamatan Dukuhseti yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Di sisi lain, di lingkungan gereja tersebut juga mempunyai fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bopkri. Sedangkan kepentingan pemerintah kolonial lainnya kala itu, bahwa di kawasan Pati utara ini juga terdapat perkebunan karet di Kalitelo, sehingga akses transportasi ke wilayah tersebut dengan kereta api, meskipun stasiunnya di Tayu tetap masih terhitung berjarak dekat.
Atas dasar kepentingan tersebut, maka jalur transportasi ke wilayah utara juga bergantung pada perjalanan kereta api dari Stasiun Juwana menuju Tayu lewat Guyangan. Sehingga wajar jika di lokasi tersebut dahulu juga terdapat halte untuk pemberhentian sementara perjalanan kereta api, dan satu halte lagi adalah di Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso.
Mengingat fasilitas kereta api tersebut tinggal sisa-sisanya, tapi yang jelas tidak mungkin PT KAI juga berencana akan menghidupkan kembali perjalanan kereta api ini dari Juwana ke Tayu. Apalagi yang tersisa tinggal aset tanah dan bangunan, dan sampai saat ini harus tetap dijaga, meskipun untuk pengamanannya harus disewakan kepada warga yang membutuhkan untuk berjualan.