SAMIN-NEWS.com, PATI – Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan survei angkatan kerja nasional (Sakernas) dalam setahun dilakukan sebanyak dua kali. Survei dengan mengambil sampel data pada kelompok kecil masyarakat yaitu tingkat rumah tangga.
Kepala BPS Pati, Anang Sarwoto menjelaskan Survei angkatan kerja nasional (Sakernas) itu setiap tahun dilakukan dua kali, yakni pada bulan Februari dan bulan Agustus. Adapun data survei diambil dari tiap-tiap rumah tangga. Dengan prosedur yang telah ditentukan.
“Sakernas dimulai dengan pemutakhiran data rumah tangga yang menjadi sampel, dan ini sudah 100 persen se-Jawa Tengah. Kita lakukan pencacahan lapangan untuk bulan Februari ini kita ambil 220 rumah tangga juga sudah 100 persen,” ujar Anang di kantornya kepada Saminnews beberapa hari lalu.
Setelah pencacahan, lanjutnya kemudian dicocokkan dahulu dokumennya, adapun di Pati sudah semua. “Kalau data di lapangan kan ada yang kurang teratur ataupun validasinya kurang baik, itu mengapa editing dokumen dilakukan. Kemudian, (data) baru diolah,” tegasnya.
Kendati demikian, pihaknya belum bisa menjelaskan detail hasil dari Sakernas yang dilakukan itu. Pasalnya, meski data ataupun dokumen sudah divalidasi, akan tetapi hasil olah data diolah oleh pusat.
“Kalau hasil pencacahan mentah sudah, akan tetapi hasil olah data belum karena itu dikirim ke pusat, dan waktunya, kita masih ada seminggu ini hingga akhir bulan Februari,” Anang menjelaskan.
Kegiatan Sakernas ini bertujuan untuk menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Selain itu, bertujuan untuk memperoleh estimasi atau perkiraan data jumlah penduduk yang bekerja, jumlah pengangguran dan indikator ketenagakerjaan lainnya.
Pihaknya menambahkan, BPS juga mempunyai agenda survei lain dalam lingkup nasional, yakni survei terkait perekonomian. Tentu dari temanya, kita sudah mengetahui arah maksud dari survey tersebut.
“Bulan Maret ada survei sosial-ekonomi nasional (Susenas), yakni untuk menghitung kemiskinan, gini ratio, juga termasuk ketimpangan sosial. Fungsinya untuk menghitung potret pengangguran,” kata Anang.