Penjual Bibit Padi Banyak Menolong Petani


Salah satu penjual bibit padi di pinggir jalan Winong-Gabus saat melayani pembelinya.

SAMIN-NEWS.com, PATI – Selesai panen padi musim tanam (MT) pertama, sepertinya para petani di Pati selatan, baik di sebagian Kecamatan Jakenan, Pucakwangi, Winong, dan Kecamatan Gabus, tak sabar untuk segera melaksanakan MT kedua. Akan tetapi jika menunggu persemaian benih padi cukup baru ditanam, hal itu terlalu lama menunggu waktu.

Padahal, lahan persawahan juga sudah selesai diolah untuk bisa segera ditanami, maka peluang untuk memenuhi kebutuhan bibit padi siap tanam ini ada di tangan salah seorang penjualnya. Yakni, Yoga (32), salah seorang warga Desa/Kecamatan Gabus yang tiap hari mangkal di pinggir jalan Winong-Gabus, atau tak jauh dari SMPN 1 Winong, untuk menjajakan bibit padi.

Karena itu, paparnya, hampir tiap hari atau jika dagangannya hari itu habis diserbu para petani, maka sore harinya dia harus segera menuju ke Purwodadi. ”Selama ini jika musim petani butuh bibit mendesak seperti sekarang agar bisa segera tanam padi pada MT kedua, kami membelinya ke Purwodadi dengan membawa kendaraan bak terbuka,” ujarnya.

Untuk keperluan itu, lanjutnya, dia sudah mempunyai pelanggan karena berjualan bibit padi ini sudah dilakukan hampir lima tahun, atau lima musim tanam padi hingga sekarang. Dengan demikian, dia tinggal angkat telepon agar disediakan bibit padi itu, minimal sampai 2.000 ikat, sehingga pagi harinya sudah bisa dijual lagi di tempat dia mangkal.

Sebab, dalam kondisi musim tanam padi seperti sekarang, penjual bibit lainnya juga ada, seperti di pinggir jalan sekitar TPK Gabus atau dekat lokasi Tugu Peluru Tanjunganom maupun di sekitar Pasar Hewan Bumiharjo Winong. Tentang berapa per hari dagangannya laku terjual, hal itu tergantung sedikit banyaknya petani yang harus melaksanaan tanam di hari itu.

Paling tidak dalam jumlah satu kendaraan bak terbuka jenis Suzuki muat 2.000 ikat, bisa saja habis dalam satu atau dua hari. ”Kami menjual perikat bibit padi jenis IR 36 ini Rp 2.500, atau jika petani mempunyai Rp 100.000 maka kami beri sebanyak 40 ikat, dan soal berapa keuntungan, kami tetap bisa menyisihkan hasilnya,” imbuhnya.

Previous post Pengaman Tepi Jembatan Kembar di Juwana Ambrol
Next post Mengintip Politik Nasional dari Kawasan Pedesaan

Tinggalkan Balasan

Social profiles