Ini ”punden” tempat tumbuhnya pohon maja dan asam yang saling berlilitan, di Dukuh Majasemi, Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM SEMENTARA itu, di tegal Bantengan dengan tanaman mentimun hasil jerih payah Kembang Joyo, seteah hilang rasa hausnya Rayungwulan bersama kedua pere,paun adik Dalang Soponyono pun akhirnya merasa lapar. Karena itu dalang pun memetik buah mentimun sekadar penggganjal perut, sehingga di pagi hari itu mereka berempat pun menikmati buah berair itu.
Akan tetapi kira-kira masing-masing belum menghabiskan satu buah, Soponyono melihat dari kejauhan ada seorang pemuda yang datang memasuki tegalan tersebut. Karena itu dia pun segera tanggap, pasti bisa-bisa masalahnya menjadi berkepanjangan, pasti pemiliknya akan menuduh bahwa dia telah mengambil milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, hal itu sama saja mencuri.
Risiko atas perbuatann yang dilakukan jika pemiliknya tidak menerimakan, dia pun siapo minta maaft terpaksa mengambil mentimun tersebut tanpa sepengetahuan pemiliknya. Karena itu, dia pun sengaja menyambut pemuda yang berjalan sudah mendekati gubuk, kemudian disapanya secara baik-baik serta menyampaikan permintaan maaf.
Kendati itu dilakukan secara tulus oleh Dalang Soponyono, tapi ketika Kembang Joyo melihat di tangan orang itu masih memegang mentimun, merasa sebagai pemiliknya jelas tersinggung. Soponyono mencoba menjelaskan permasalahan yang terjadi, dan itu dilakukan karena terpaksa mengingat ada orang yang kelaparan dan sampai pagi ini belum makan apa-apa.
Bagi Kembang Joyo hal itu bukan alasan, sehingga Soponyono diminta menyerah sebagai pesaikitan untuk dibawa menghadap kepada Panewu Mojosemi, Sukmoyono yang tak lain adalah kakaknya. Ketika Soponyono menolak, karena hanya perkara mentimun tapi harus dibayart sebagai pesakitan, maka jika sampai Kembang Joyo memaksanya dia pun akan melawan.
Ternyata dugaannya benar, begitu Kembang Joyo mulai memasang kuda-kuda untuk bergerak menangkapnya, Soponyono pun bereaksi. Belum sempat keduanya bertindak lebih jauh, muncul ketiga perempuan dari gubuk bermasud melerainya, serya menjelaskan duduk perkaranya bahwa hal itu dilakukan benar-benar karena terpaksa.
Sebab, ketiganya juga ikut memakan buah mentimun tersebut memang lapar setelah berlari meninggalkan Kadipaten Carangsoko. Mendengar penjelasan yang memang tidak mencari-cari alasan, dan melihat paras perempuan cantik mereka, Kembang Joyo mencoba bisa memahami lebih-lebih saat dijelaskan, jika pagi-pagi sudah samai di tegalan miliknya karena kejaran Adiati Parang Garuda dan Wedana Kemaguan, Yuyu Rumpung.
Dengan demikian, pelarian mereka juga bertujuan untuk minta perlindungan ke Penewu Mojosemi, agar Rayungwulan tidak dipaksa menjadi istri Josari dan diboyong ke Kadipaten Paranggarudo. Atas penjelasan tersebut, akhirnya Kembang Joyo juga tergerak hatinya untuk bisa ikut membantu mereka dengan membawanya ke Mojosemi, menemui kakaknya.
Nama kapenewonan itu bernama Mojosemi, sampai sekarang enjadi salah satu dukuh di Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil. Di salah satu pusat ”petilasan” memang terdapat pohon besar sama jenisnya dengan pohon yang terdapat di Sumur Gemuling Bantengan , yaitu sejak dahulu swbagai pohon maja, tapi tidak berbuah seperti pohon buah maja yang rasanya pahit.
Kembali merunut cerita tutur, di salah satu lokasi di dukuh itu memang ada pohon maja senis itu dililit tumbuhnya pohon asam. Bahkan di dalam cungkup juga tumbuh pohon asam yang besarnya sudah satu lengan orang dewasa, dan di tempat yang sekarang dikeliling kolam buatan tersebut menjadi sebuah petilasan yang banyak pengunjung.(bersambung)