SAMIN-NEWS.com, PATI – Salah satu ancaman yang sulit diprediksi oleh para petani di sepanjang pinggir alur Kali Juwana, satu di antaranya adalah datangnya banjir di musim penghujan. Sedangan satu hal lagi, adalah ancaman datangnya serangan hama tikus tidak hanya terhadap tanaman padi melainkan juga tanaman palawija, utamanya jagung.
Karena itu, setiap menghadapi musim tanam yang harus dipersiapkan para petani di wilayah ini adalah antisipasi berlapis. Sebagaimana pada musim tanam (MT) I, bagi para petani yang mempunyai modal adalah memagar/menutup areal persawahannya secara berkeliling menggunakan lembaran plastik, dan sekarang sudah banyak yang berganti menggunakan seng.
Akan tetapi sebaliknya, papar para petani di pinggir jalan raya Cengkalsewu, Kecamatan Sukolilo, Pati-Bulung, Kecamatan Jekulo, Kudus, bagi petani yang tidak mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhan itu, cukup beramai-ramai memasang jebakan hama tikus dengan menggunakan aliran strum listrik. ”Kendati upaya maksimal sudah kami lakukan, tapi pada MT I lalu juga tetap mengalami gagal panen,” ujar salah seorang di antara mereka, Yanto (60).
Sebab, lanjutnya, tanaman padi yang rata-rata dua pekan lagi sudah siap dipanen justru direndam banjir kiriman. Hal itu terjadi akibat limpasnya luapan air dari alur Kali Juwana (JU II) atau Kali Tus yang selama ini memang sebagai saluran pembuang (drainase), tapi setelah lepas dari wilayah Kasiyan Baru, luapan air tersebut tak bisa lepas masuk ke Kali Juwana (JU) I.
Faktor penyebabnya, alur kali tersebut suda tak mampu membuang luapan air dari hulu ke hilir (muara) sehingga air dari JU II juga tak bisa bergerak ke mana-mana. Karena itu, baru sekarang ini genangan air di areal prsawahan kawasan itu mulai surut, sehingga para petani baru bisa melakukan persiapan tanam padi kembali.
Hanya saja risiko dan konsekuensinya, ancaman yang harus dihadapi adalah munculnya serangan hama tikus, karena areal persawahan di sisi timur (kanan) jalan Cengkalsewu-Bulung adalah masih bersifat rawa-rawa, karena awalnya memangĀ rawa-rawa. ”Dengan demikian, sampai sekarang juga masih menjadi tempat genangan air, tapi ancaman lain yang sering kami hadapi adalah sulitnya mendapatkan pupuk,” imbuhnya.