MENJADI lagu lama jika masyarakat selalu menjerit saat ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Sudah seperti tradisi jika bahan pokok seperti bawang, cabai, sampai daging sapi selalu meroket di masa seperti sekarang ini. Salah satu pemicunya adalah permintaan bahan pangan meningkat tidak bisa diimbangi oleh persediaan pangan yang cukup.
Dalam budaya masyarakat Indonesia, momen lebaran seringkali dihiasi dengan perayaan meriah yang disertai dengan berbagai makanan yang tentu lebih istimewa dengan hari-hari biasa. Tradisi semacam inilah yang pada akhirnya mampu mendorong peningkatan permintaan terhadap berbagai bahan makanan seperti daging ayam, sapi, gula dan sebagainya.
Namun bagaimana dengan tahun ini? Karena saat ini kita memang masih dalam kondisi pandemi Covid-19, rasanya fenomena tahunan tersebut akan sedikit berbeda.
Besar kemungkinan pelemahan ekonomi yang terjadi akibat Covid-19 akan kembali menahan permintaan masyarakat yang kemungkinan akan kembali menahan kenaikan berbagai bahan pokok seperti yang terjadi pada tahun lalu.
Seperti kita ketahui bahwa tahun lalu lebaran berlangsung dua bulan setelah penyebaran Covid-19 di Indonesia dimulai awal Maret. Tren harga pangan menjelang lebaran pun menjadi sangat berbeda karena dari segi permintaan dan persediaan yang terganggu.
Berdasarkan hasil riset terbaru dari Bank Dunia menunjukkan 23 persen rumah tangga mengalami kerawanan makanan dan 29 persen rumah tangga mengkonsumsi makanan lebih sedikit dari biasanya selama pandemi.
Meskipun dalam hal ini Covid-19 memang mampu menahan meroketnya berbagai bahan pokok pada bulan ramadhan dan menjelang lebaran, namun hal semacam ini tentu bukanlah sebuah kabar baik bagi kita semua.
Sebab selama pandemi, jutaan masyarakat Indonesia pendapatannya anjlok. Hampir tiga juta orang Indonesia telah jatuh di bawah garis kemiskinan, sehingga jumlah penduduk miskin menjadi 27,55 juta orang.
Situasi ekonomi ini mengakibatkan masyarakat menjadi enggan atau tidak mampu mengkonsumsi makanan yang identik mahal, seperti daging sapi. Akhirnya, permintaan justru menurun.
Oleh sebab itu, tidak meroketnya berbagai harga pokok kali ini tentu tidak bisa kita tafsirkan sebagai sebuah kabar baik. Sebab penyebab dari itu semua adalah daya beli masyarakat kita yang terus menurun akibat melemahnya ekonomi nasional.