BARANGKALI peristiwa yang melibatkan seorang dokter muda bernama Kevin Samuel Marpaung adalah bukti bahwa pendidikan tinggi tak melulu dapat menjamin moral maupun kecerdasan sesorang.
Bagaimana tidak? Demi kenikmatan menjadi viral dan mendapat exposure yang tinggi, pria yang biasa disapa dr. Kevin ini harus rela menggadaikan atau bahkan menanggalkan akal sehat dan norma yang dimilikinya.
Dokter muda tersebut kini terpaksa harus menerima label sebagai dokter mesum lantaran salah satu konten videonya di aplikasi Tiktok yang berisikan parodi proses pemeriksaan bukaan vagina dalam persalinan.
Dalam video tersebut dengan jelas adegan dan teks yang begitu terkesan melecehakan. “Dok, Tolong Cek Pasien Ny.A udh pembukaan berapa…”
Lalu dokter tersebut menjawab, “Oke, kak…” dr Kevin mengernyitkan mata dan menggigit bibir bawah, mengacungkan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) menunjukkan persiapan melakukan pemeriksaan vaginal touche.
Vaginal Touche sendiri merupakan pemeriksaan dengan metode memasukkan dua jari pemeriksa ke dalam vagina ibu untuk memeriksa pembukaan serviks atau leher rahim, apakah telah siap untuk proses kelahiran bayi atau belum.
Dokter tersebut kemudian memutar mata ke atas dan mendongak dengan keterangan awkward moment. Sambil bergoyang-goyang, dr. Kevin menjawab, “Pembukaan 3, Kak.”
Video tersebut pun mendadak trending dan membuat berbagai pihak meradang. Di laman Twitter, warganet pun ramai-ramai menjulukinya sebagai “dokter mesum”. Bahkan salah satu netizen pun ada yang meminta cabut SIP dan keanggotaan IDI milik dr. Kevin.
Sementara itu Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (Kompaks) juga mengecam aksi yang dilakukan oleh dr. Kevin. Baginya, reka adegan tersebut jelas bernuansa seksual dan merendahkan kaum perempuan.
“Video ini melecehkan perempuan secara umum dan pasien perempuan yang membutuhkan layanan kesehatan secara khusus,” kata Kompaks.
Selain itu, banyak pula pihak yang menilai bahwa dalam hal ini dr. Kevin telah telah melakukan pelanggaran Kode Etika Dokter Indonesia (KODEKI) serta melanggar sumpah dokter.
Yah meskipun sudah menjadi rahasia umum bahwa kuliah untuk menjadi seorang dokter itu mutlak membutuhkan biaya berkarung-karung, namun pada kenyataannya pendidikan tinggi nan mahal memang tidak menjamin apa-apa untuk bisa menjadi seseorang dengan pemikiran dan kepribadian yang baik.