SAMIN-NEWS.com , PATI – Dalam dua bulan terakhir ini muncul kecenderungan turunnya hujan di kawasan hulu, pada tengah malam atau dini hari. Terakhir, adalah derasnya hujan pada Senin (17/Mei) di kawasan Lereng Muria.
Dampak yang ditumbulkan sudah pasti, yaitu limpasnya gelontoran air hujan ke bebarapa alur kali di kawasan hilir yang selama ini harus menerima luapan air. Bahkan, luapan tersebut sampai limpas ke jalan di perkampungan warga, di antanya adalah Desa Mulyoharjo, Kecamatan Pati.
Berdasarkan pantauan ”Samin News”, hal itu tak bisa dihindari selama limpasan air di jaringan alur Kali Waduk Seleromo, Gembong tersebut bendungnya tidak mampu menahan air tersebut. Di antaranya adalah meluapnya limpasan air Kali Kersulo, di antaranya limpas di Desa Mulyoharjo.
Selebihnya, ada pula yang mengirim gelontoran air ke alur Kali Sani dan juga ke alur Kali Simo yang kadang-kadang limpas sampai ke ruas jalan Pati-Juwana. Padahal di kawasan hilir pada dini hari hanya turun hujan yang tidak terlalu deras, tapi yang di kawasan hulu justru sebaliknya.
Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan adalah gelontoran luapan air di kawasan hilir yang tidak bisa dihindari. Bahkan, gelontoran air dari hulu juga masuk ke alur Kali Gung Wedi sehingga kawasan paling hilir, seperti di Desa Margomulyo pun harus menerima limpasan dari alur kali tersebut.
Hal itu dibenarkan Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati, H Darno. Padahal, lanjut dia, saat ini turunnya hujan sudah mulai berkurang, dan tanda-tanda akan mulai memasuki musim peralihan, yaitu kemarau.
Akan tetapi, di kawasan hulu kadang-kadang masih turun hujan secara ekstrim, sehingga airnya menggelontor ke alur kali. Sehingga yang berdiam di kawasan hilir sering dibuat repot, karena limpasan air limpas sampai ke jalan sehingga bila di kawasan permukiman warga, maka warga harus membersihkan lumpurnya.
Tidak hanya cukup dengan utuk, dampak gelontoran air dari kawasan hulu juga menghanyutkan berbagai sampah, baik itu potongan kayu, pucuk maupun pokok rumpun bambu. ”Lebih merepotkan lagi, jika sampah yang hanyut itu menutup alur bawah jembatan, sehingga gelontoran air kadang-kadang juga tersumbat,” imbuhnya.