PANDEMI Covid-19 yang begitu mengharu biru nampaknya menjadi sebuah momentum di mana manusia kembali dipertanyakan kemanusiaannya.
Pada titik ini, manusia yang semula seolah begitu beradab dan berperadaban tinggi, kini mereka seolah dipaksa kembali memunculkan sifat-sifat alamiah bagaikan sebelum adanya peradaban modern.
Bagaimana bisa? Seperti kita tahu bahwa pada masa pandemi, sisi-sisi hewani seperti mementingkan diri sendiri seolah begitu nampak di depan mata.
Yang paling jelas, kinia semua justru saling menyalahkan. Rakyat menyalahkan pemerintah yang tak tegas, sebaliknya pemerintah juga menyakahkan masyarakat yang dinilai tak bisa diatur untuk menaati protokol kesehatan.
Bukan berhenti disitu saja. Ada pula para dokter yang menyalahkan pemerintah yang lebih mengutamakan ekonomi dibanding kesehatan. Sementara sebaliknya para ekonom justru menyalahkan pemerintah lebih mengutamakan kesehatan dibanding perekonomian.
Lantas siapa yang lebih benar? Semua serba menyalahkan, semua serba ingin lebih unggul dan terdengar.
Produsen vaksin A promosi produknya terbaik sambil melecehkan produk vaksin B sementara produsen vaksin B mengklaim produk yang terbaik sambil melecehkan vaksin A dan C dan lain-lainnya.
Dalam hal ini apa kita semua lupa bahwa manusia memang mustahil terlahir sempurna. Hal tersebut tentu berlaku juga dalam konteks pagebluk corona.
Selain saling menyalahkan dan ingin benar, kini fenomena kebingungan massa juga muncul mengikutinya. Jika sebelum adanya pandemi Covid-19 manusia seringkali begitu percaya diri dengan kemampuan pikirannya, kini mereka seolah dipaksa menjadi dungu dan tak tahu apa-apa.
Kebingungan makin menjadi-jadi terbukti pada kasus ada pasien yang sudah dua kali disuntik vaksin A namun akibat meragukan khasiatnya maka sibuk mencari vaksin B dan vaksin C untuk disuntikan ke dirinya dengan hasil dirinya tetap terpapar Corona.
Yah, pada dasarnya barangkali Pandemi Covid-19 pada dimensi yang lain justru memaksa kita untuk berefleksi dan mengevaluasi bagaimana selama ini kita menghadapi dunia.