SEPULUH tahun terakhir, pemerintah Indonesia sudah layaknya seperti marketing perusahaan yang hadir di tengah masyarakat. Tiap hari media massa selalu menyuguhkan iklan-iklan yang membawa harapan besar bagi kemakmuran rakyat Indonesia.
Tidak ubahnya seperti iklan obat kurap yang sekali oles langsung sembuh, berita tentang pemerintah yang tersaji juga hampir sama seperti itu.
Seperti berita BLT cair bulan ini tinggal ajukan KTP, Kredit Usaha Rakyat segera cair masyarakat segera ajukan permohonan syaratnya KTP dan KK, Bantuan Lunak dapat diurus melalui Bank A, Bantuan Keras melalui Bank B, Bantuan Presiden Akan Segera Cair syarat hanya begana dan begini sangat mudah dan praktis.
Masyarakat Indonesia yang masih begitu bayi dalam membaca berita, tentu seolah dibawa ke awang-awang dengan berbagai pemberitaan yang memberikan seribu harapan seperti itu.
Padahal pada kenyataannya, semua tidak pernah semudah itu. Sebab hal ini sebenarnya hampir tak ada bedanya dengan berbagai teknik marketing perusahaan saja.
Lantas apa sebenarnya yang bisa kita ambil dari berbagai komunikasi politik semacam ini?
Ya, barangkali dari sini mungkin kita memang harus kembali meyakini salah satu kutipan populer yang menyebutkan jangan pernah berharap pada manusia jika tak ingin kecewa.
Terlebih di tengah pandemi Covid-19 yang kian menggila seperti sekarang ini. Segala bentuk kebijakan pemerintah sudah pasti akan membuat kita kian terluka.
Tak memberi solusi, yang ada hanya janji dan regulasi tanpa arti.
Dari sini kita harus menyadari bahwa di masa sulit seperti ini, bahu membahu dan saling mendukung adalah langkah terbaik dibanding hanya berharap pada pemerintah yang bisanya hanya janji-janji semata.