SAMIN-NEWS.com, SEMARANG – “Merpati terbang melayang, Cinta sejati selalu terbayang, Kedondong diatas peti, Ini keroncong mohon berhenti, Semogalah semua di hati senang”
Begitulah penggalan lirik lagu Keroncong Kemayoran yang dipopulerkan oleh seniman Betawi Benyamin Sueb (5 Maret 1939-5 September 1995). Lagu yang belum diketahui siapa penciptanya tersebut memiliki sejarah yang panjang serta menjadi simbol kebanggan bagi warga Betawi di Kemayoran , Jakarta.
Angon Mbulan, salah satu grub musik keroncong bentukan dari mahasiswa KKN MIT DR Uin Walisongo Semarang kelompok 11 tersebut, cukup elok membawakan lagu keroncong Kemayoran di hadapan puluhan pasien isolasi Covid-19 di BPSDMD Jawa Tengah pada Senin 2 Agustus 2021. Tujuan mereka adalah menjadi obat pelipur lara bagi pasien Covid-19.
Falah An Nashir (26), salah satu pemusik Angon Mbulan mengungkapkan bahwa, dalam lagu keroncong kemayoran ini, pesan yang ingin disampaikan adalah senantiasa bahagia. Apalagi saat tertimpa musibah, setiap orang pasti akan ada jalan keluarnya.
“Lagu keroncong Kemayoran membawa nilai positif bagi yang sedang tertimpa musibah, salah satunya yang sedang isolasi kaewan covid-19. Ini bisa menjadi refleksi dan hiburan bagi mereka,” ujar keybordist Angin Mbulan tersebut.
Penonton yang mayoritas pasien covid yang sedang berjemur tampak terhanyut dalam suasana musik keroncong tersebut. “Semoga dapat menghibur dan memberikan support batin kepada mereka yang sedang di isolasi karena covid-19,” ujar Falah.
Awal mulanya, Falah dan kawan-kawan KKN lainnya tergerak dari ajakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo agar mahasiswa bisa langsung berkontribusi dalam menangani covid-19. Maka, dirinya bersama teman-temanya membentuk grub musik keroncong untuk menghibur pasien sesuai dengan jalur yang mereka geluti yakni kesenian musik.
“Disaat pandemi covid-19 ini, kami dari mahasiswa KKN UIN walisongo tergerak hatinya untuk ikut andil dalam penanganan covid-19. Yang kami miliki ya dengan cara menghibur melalui musik keroncong,” ungkap pria berkelahiran Kota Pekalongan tersebut.
Ya, panggung yang tertata di halaman BPSDMD Jawa Tengah tersebut merupakan gerakan mahasiswa Semarang dalam ikut andil penanganan covid-19. Panggung yang bertajuk “Tamba Teka Lara Lunga” tersebut, bukan hanya Angin Mbulan saja yang tampil, melainkan ada beberapa kelompok kesenian dari kampus-kampus di Kota Semarang.
Diantaranya yang ikut tampil menghibur adalah Mahesa Band (UIN Walisongo), Teater Gema Universitas PGRI Semarang, Teater Emka Universitas Diponegoro dan UKM Campursari Krida Laras Universitas Negeri Semarang.
“Semoga acara hiburan ini dapat menjadi contoh untuk daerah lain, khususnya di Jawa Tengah. Kalau setiap hari bisa di lakukan kegiatan kegiatan hiburan begini dapat membantu,” ujar Ganjar saat ia pagi itu mampur untuk menyapa pasien dan mahasiswa tersebut.
Ganjar sangat mengapresiasi kegiatan mahasiswa tersebut. Menurut nya acara tersebut menjadi ajang mahasiswa untuk eksis dan memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dengan cara yang baik dan bermanfaat.
“Aksi mahasiswa ini sudah berjalan dari kemarin. Ada yang gerakan membeli warung rakyat, ada yang membagikan hand sanitizer, ada yang datang langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi terkait penanganan Covid-19. Saya berharap mahasiswa saat ini adalah momennya untuk bergerak, riil membantu masyarakat yang kesulitan. Termasuk acara seperti ini (pannggung hiburan covid-19),” ungkap Ganjar.