BEBERAPA waktu belakangan, baliho-baliho berukuran raksasa dengan isi foto orang yang sama terasa begitu mengganggu dan sedikit pedas di mata.
Seperti halnya pagi ini ketika saya harus melintas jalan Sukolilo-Kayen. Disitu saya mendapati baliho dengan wajah Puan Maharani dan seketika dalam beberapa detik saya mencoba mengurai apa isi pesan dari dari baliho tersebut.
Samar memang, namun saya yakin siapapun tentu menerjemahkan hal ini terkait dengan musim politik 2024 mendatang.
Sebab barangkali, tuan putrinya PDIP Perjuangan tersebut memang masih malu-malu kucing untuk sekedar jujur menyampaikan keinginannya. Kuat dugaan, baliho-baliho tersebut hanyalah sebuah langkah kecil untuk sekedar cek ombak sebelum benar-benar menampakkan maksut dan tujuannya.
Meski begitu, untuk sekedar cek ombak, apa yang dilakukan Puan bukanlah sesuatu yang murah. untuk ukuran 4×6 meter saja membutuhkan biaya cetak sekitar 600 ribu, diluar ongkos relawan yang berjibaku memasang baliho tersebut di tengah malam buta saat orang sedang tertidur lelap, Miliaran tentunya biayanya!
Selain itu, mata publik tentu sudah terlalu lelah dengan berbagai sampah visual semacam ini. Sebab, tanpa Puan membuat hal ini pun, setiap hari kita tentu sudah cukup jengah dengan berbagai baliho berisikan protokol kesehatan yang jelas tak berpengaruh apa-apa dalam hal kepatuhan masyarakat.
Ruang piker dan mata kita dewasa ini memang kian polutan akan berbagai sampah-sampah visual dengan berbagai media. Oleh karenanya, ribuan bahkan mungkin jutaan baliho milik Puan Maharani jelas semakin memberikan teror secara psikologis di seluruh penjuru negeri.
Hemat saya, dari pada membuang-buang miliaran rupiah untuk polusi semacam ini. Mengapa uang tersebut tidak diperuntukkan hal-hal yang lebih jelas skala kemanfaatannya bagi masyarakat yang sedang cukup lara akibat pandemic Covid-19.