Sahabat Pati Meyempatkan Berpakaian Perempuan Khas Pati di Hari Jadi

Ibu-ibu anggota Grup WA Sahabat Pati pada momentum peringatan Hari Jadi Ke-698 Pati, 7 Agustus 2021 menyempatkan berkebaya khas Pati yang dominan warna hitam dari batik Bakaran, Juwana.

SAMIN-NEWS.com, PATI – Sebagai mantan Ratu Kebaya Pati maka ketika Pati harus memperingati Hari Jadi Ke-698, mendadak muncul gagasan untuk tetap ikut ambil bagian sekecil apa pun. Yakni, megajak anggota Grup WA Sahabat Pati ambil bagian dalam menguri-uri budaya dengan berpakaian kebaya khas Pati.

Dengan demikian, ibu-ibu yang jumlahnya terbatas karena hanya 15 orang perempuan ditambah satu anak muda sebagai patner dalam banyak melakukan kegiatan sosial itu dalam waktu hanya sehari pun siap untuk memakai kebaya yag didomiasi wara hitam tersebut. Sebab, bahan utama dari cita itu memang ditetapkan dari batik Bakaran.

Karena itu, papar pembawa gagasan yang bersangkutan, Ny Anita Susilo, dalam kesempatan sehari setelah selesainya peringatan hari jadi, maka Minggu (8 Agustus) kemarin sore pendokumentasian pakaian khas Pati pun dilakukan di lingkungan Pendapa Kemiri. Selain itu, lokasi lainnya adalah di halaman Pendapa Kabupaten Pati, di Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati.

”Upaya menguri-uri budaya dalam berbusana khas Pati ini kami lakukan bersama ibu-ibu, karena bila tidak, justru kita sendiri yang abai dan akhirnya melupakan,” tandasnya.

Ibu-ibu dengan berkebaya khas Pati ini juga melakukan kirab sambil menebar mawar ”merah-putih”, dari halaman Pendapa Kemiri menuju ke Sitihinggil.

Jika kelak situasi sudah kembali  normal dari pandemi Covid-19, lanjut Anita Susilo, maka upaya menguri-uri budaya dalam berpakaian khas Pati ini bisa dikemas secara maksimal. Dengan kata lain, pihaknya bisa mengajak serta kalangan remaja-putri, utamanya yang masih duduk di bangku SMA/SMK.

Harapan kepada mereka, juga akan memunculkan generasi yang mempunyai kepedulian terhadap budaya berpakaian khas Pati. Sedangkan satu hal yang harus ditanamkan di kalangan remaja, hendaknya jangan merasa ”ribet” saat harus berdandan dengan berkebaya, karena memang inilah pakaian perempuan yang mampu menunjukkan pemakainya benar-benar anggun.

Kendati berkebaya saat harus bersantai pun tidak masalah sebagaimana dilakukan Anita Susilo (kanan) dan Ayu (kiri).

Apalagi, tambahnya, selama ini atau sejak pakaian khas Pati ini mulai diperkenalkan sampai sekarang selalu menjadi bagian dari syarat dalam lomba Mas dan Mbakyu Pati. Kedati belakangan ini lomba tersebut sudah jarang diselenggarakan, tapi dari hasilnya para juara selama ini masih ada, dan sering tampil setiap peringatan Hari Jadi dan juga rangkaian acara  HUT Kemerdekaan RI.

Melihat dinamika munculnya para juara dalam lomba tersebut, termasuk dalam lomba Duta Wisata, paling tidak masih ada harapan bahwa pakaian khas Pati yang menjadi bagian dari budaya lokal ini akan tetap mampu bertahan. ”Sebab, dalam momen-momen tertentu terutama pada peringatan Hari Jadi Pati, para perempuan dari kalangan PNS juga masih banyak yang memakainya, termasuk bapak-bapak,” imbuh  Anita Susilo.

Previous post Blora Anggarkan 325 Juta untuk Tanggap Darurat Bencana Kekeringan
Next post Iink Adi Ilham Zamani Ajak Warga Memahami dan Menghargai Sejarah

Tinggalkan Balasan

Social profiles