SAMIN-NEWS.com, PATI – Kendati bertahun-tahun hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari hasil memungut sampah buangan (pemulung) di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah ”Saitary Landfill” Sukoharjo, Kecamatan Margirejo, tapi tingkat kesadarannya sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap tak pernah lupa. Karena itu, meskipun hanya setahun sekali upaya mematuhi serta menghargai statusnya dalam berbangsa dan bernegara pun tak pernah abai.
Tepatnya, adalah dalam kondisi seperti sekarang yaitu saat negara atau ibu pertiwi-nya harus merayakan peringatan Ke-76 HUT Kemerdekaanya. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang berlebian, tapi dilaksaakan dengan penuh kesadara, bahwa memasang bendera merah putih sebagai bedera kebangsaan, adalah kesadaran bukan lantaran selama ini mereka hanyalah hidup di republik yang sanga dicintai ini hanya mendapat bagian sebagai pemungut sampah.
Akan tetapi, papar salah seorang pemulung yang bersangkutan, Sukro, hal tersebut adalah bagian yang tak bisa dielakkan maupun ditolak karena kehidupan memang telah menggariskan demikian. ”Dengan demikian, tiap hari mulai pukul 08.00 pagi sampai sore hari pukul 16.30, para pemulung ini harus bergelut di tengah-tengah bau busuk menyengat menggunungnya sampah buangan dari kota,” ujarnya.
Terlepas dari hal tersebut, paparnya lebih lanjut, semisal ada yang memberikan bantuan bendera atau umbul-umbul, maka sekeliling lubang TPA yang penuh gunungan sampah sebagai sumber penghasilan akan dipasangi banyak bendera tentunya. Sebab, beberapa bendera yang terpasang adalah hasil pembelian secara patungan, sehingga kalau harus membeli dalam jumlah banyak tentu tidak bisa.
Karena itu, meskipun tiap hari hidupnya berada di tengah-tengah membusuknya bau sampah tapi memasanginya merah putih di saat menjalang datangya peringatan Proklamasi Kemerdekaan, mereka sadar apa pun kondisi mereka selama ini adalah hidup di Bumi NKRI. Dengan demikian, sebagai bangsa yang meredeka tetap patut disyukuri meskipun mereka selama hidup di bawah kemampuan rata-rata kebanyakan warga yang berkelebihan.
Berdasarkan penalaran sederhana, bahwa mereka ini hidup di bumi dan di bawa langitnya ibu periwi yang kaya raya, seharusnya wajib bersyukur dan menghargai. ”Meskipun hanya sejadar memasang selembar bendera merah putih, kami para pemulung memang merasa masih mempuyai negara, hanya saja bagian kami dalam kehidupa ini tidak melimpah ruah melainkan sangat terbatas,” tandasnya.