Balada Rompi Tahanan KPK

BELAKANGAN, banyak maling uang rakyat yang dengan bangga tersenyum di depan media masaa dengan mengenakan rompi oranye bertuliskan tahanan KPK.

Melihat fenomena tersebut, sontak saya pun berpikir mengapa para koruptor tersebut justru seolah bangga dengan rompi yang mereka kenakan?

Demi memuaskan hasrat dan rasa penasaran, saya pun mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Usut punya usut, sebenarnya rompi KPK tersebut sudah didesain agar pelaku tindak korupsi merasa malu atas tindakan yang ia lakukan.

Mulai dari pemiliham warna oranye, hal tersebut sebenarnya tidak dilakukan secara serampangan begitu saja.

Pertengahan tahun 2013 lembaga anti rasuah tersebut menugaskan Kepala Bagian Rumah Tangga, Harry Hidayati untuk mendesain model rompi tahanan yang baru.

Saat itu Harry mendesain baju dengan tiga warna yakni hijau, loreng-loreng, dan oranye. Pimpinan KPK di masa itu, Bambang Widjojanto memutuskan warna oranye sebagai seragam baru tahanan KPK.

Menurutnya warna oranye dipilih karena warnanya mencolok, mudah diingat dan menimbulkan kesan lekat bahwa mereka adalah tahanan KPK.

Begitu pula dengan aksen tiga garis hitam di rompi tersebut. Mulanya aksen hanya satu garis hitam saja. Namun, diputuskan rompi tersebut ditambahkan tiga garis hitam.

Itu menandakan bahwa tindak pidana korupsi dikualifikasikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes).

Jika dipikir kembali, jika pembuatan rompinya saja sudah didesain dengan pemikiran matang, lantas mengapa dewasa ini para korupto justru seolah bangga dengan pakaian tersebut?

Atau barangkali memikirkan desain pakaian bagi koruptor secara mendetail memang terlalu berlebihan. Sebab, barangkali mereka justru merasa diistimewakan karena dibuat desain tersendiri.

Coba bandingkan saja dengan para pelaku tindak kejahatan remeh temeh seperti maling ayam dan sejenisnya. Cukup ditelanjangi hingga celana dalam saja mereka justru merasa begitu malu hingga seperti dihilangkan sifat-sifat kemenusianya.

Mungkin saja, para koruptor yang tindakannya dikategorikan sebagai extra ordinary crimes memang perlu ditelanjangi lebih dari apa yang dialami maling-maling ayam selama ini.

Ya sederhananya, apa pantas jika maling ayam saja ditelanjangi, tetapi koruptor justru terlihat modis dengan rompi dan petantang-petenteng di sana-sini?

Previous post Ridwan Kamil Mengaku Tak Masalahkan Ramainya Tren Mural
Next post Teka-teki Kuburan Tua di Tempat Pemakaman Umum Desa Semirejo

Tinggalkan Balasan

Social profiles