Mengira LI Masih Ada Tempat ”Pembuangan Limbah”

BELUM genap satu bulan resmi ditutupnya beberapa tempat  pelacuran di Desa/Kecamatan Margorejo, dan beberapa tempat lainnya, oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati, maka apa yang diungkapkan oleh penyair Rendra (alm) benar-benar terbukti. Dalam puisinya ”Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta”, pada salah satu bait dan baris  memang ada yang menganjurkan seperti di bawah ini.

Di antaranya, yaitu //Mogoklah selama satu bulan// //Mereka pasti akan pusing kepalanya// //Kemudian berzina dengan istri saudaranya.//  Sebagaimana pantauan penulis di ujung lorong tersebut semalam, cukup dalam waktu sekitar satu jam antara pukul 19.00 s/d 20.00 WIB, sedikitnya ada empat mobil yang hendak masuk untuk mencari tempat ”pembuangan limbah” di lokasi tersebut.

Satu di antaranya, sempat bertanya kepada penyedia jasa tambal ban di sisi kanan ujung lorong, tapi sepertinya kurang percaya atas apa yang disampaikan oleh pengendara mobil itu. Berikutnya yang bersangkutan ganti menemui penulis yang sempat iseng tanya dari mana, orang itu dengan santainya menjawab singkat,  Rembang.

Setelah pertanyaannya, sudah buka atau belum terjawab, dengan cukup ditunjukkan gelap-gulitanya lorong tersebut maka lelaki yang tergolong baru berusia di bawah 40 tahun itu pun kembali ke mobilnya yang diparkir di depan penyedia jasa tambal ban. Tidak beberapa lama kemudian, mobil yang dikendarai dari arah Pati menuju Kudus itu kembali ke arah semula, atau putar balik kembali ke arah Kota Pati.

Selang beberapa lama kemudian, dari arah dalam lorong muncul pengendara motor pasangan lelaki dan perempuan muda, keluar ke jalan raya dari ujung lorong belok kiri (barat). Sekarang di tempat tersebut, atau tepatnya di depan SPBU Pegandan juga banyak warung kopi dan juga berjualan nasi hingga di samping kanan lorong keluar maupun masuk tempat pelacuran lainnya, yaitu Kampung Baru (KB).

Dengan demikian, dalam pelaksanaan penutupan tempat pelacuran di Margorejo ini masih ada bagian yang belum dilengkapi. Apalagi, jika tidak penyampaian pemberitahuan dengan memasang baner atau spanduk di ujung lorong, bahwa LI dan KB maupun tempat sama lainnya terhitung sejak tanggal ……..resmi ditutup berdasarkan…………, dan seterusnya.

Untuk menjelaskan kepada siapa saja yang masih kelayapan mencari tempat ”pembuangan limbah” di tempat tersebut pada malam hari, maka spanduk pemberitahuan itu diberi lampu penerangan. Sehingga baik warga lokal (Pati) maupun dari luar Pati akan jelas membacanya, bahwa tempat palacuran tersebut sudah ditutup, atau bahkan bila perlu nama-nama tempat yang sama dan sudah ditutup tersebut satu per satu dicantumkan, seperti di Tayu maupun di Batangan.

Jika tidak, maka tetap akan muncul anggapan bahwa pelacuran di Pati itu masih ada, sehingga perlu pencermatan terhadap hal-hal kecil yang tampaknya tidak bermanfaat tersebut. Sebab, beberapa saat berikutnya juga datang mobil lainnya dari timur, dan dilihat dari pelat nomor yang terpasang adalah (H), dan setelah berhenti di depan lorong gelap gulita langsung berjalan ke barat.

Barang kali mereka masih mengira, bahwa untuk Kampung Baru (KB) yang hanya berjarak beberapa meter dari ujung LI masih buka.Sebab, mobil tersebut berjalannya tetap di bahu jalan nasional Pati-Kudus, karena  penumpang di dalamnya pasti akan bertanya pada pengunjung deretan warung di pinggir jalan yang sama.

Padahal, setelah sampai di ujung jalan masuk KB, suasananya juga gelap gulita sehingga tahap berikutnya adalah menunggu munculnya ”penjaja cinta ketengan” di pinggir jalan seputaran lokasi Pasar Hewan. Atau juga akan segera muncul gubuk-gubuk mesum di areal persawahan, karena kondisi lingkugannya memang sangat mendukung.

Berikutnya, datang lagi ganti dari arah barat sebuah mobil tidak searah baratbagus yang pertama dan kedua, tapi berpelat nomor Kudus. Kelihatannya sudah hafal tempat ”pembuangan limbah” Lorong Indah, karena begitu berhasil belok kanan langsung tepat di ujung lorong. Berhenti sesaat, dan melihat biasanya di ujung tersebut ada beberapa orang bergerompol, termasuk yang memungut jasa mobil masuk ke lokasi, ternyata semua tidak ada alias kosong.

Pengendara mobil itu pun tampaknya berpikir sejenak, dan akhirnya mengundurkan mobilnya dari ujung lorong terus kembali ke  arah barat. Beberapa saat kemudian sebelum penulis meninggalkan ujung lorong karena sudah hampir pukul 20.00, tapi ternyata masih ada lagi mobil berpelat nomor Pati berhenti di ujung lorong, dan berikutnya tancap gas ke barat. Kecewa????

Previous post Badan Kepegawaian Negara Sudah Surati Bupati Jepara
Next post Salurkan Bantuan Air Bersih, Truk Tangki BPBD Diserbu Warga

Tinggalkan Balasan

Social profiles