Desa Kedalon Ternyata Pernah Punya Dua Grup Ketoprak dan Wayang Orang

Dengan tetap menjaga jarak, anak-anak SD Negeri 02 Kedalon, Kecamatan Batangan berlatih menabuh gamelan mengiringi berlatihnya anak-anak yang lain bermain ketoprak.

DI balik minat anak-anak SD Negeri 02 Kedalon Kecamatan Batangan yang menjadi sasaran program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati, warisan bakat dan darah seni dari kakek-neneknya ikut melekat pada diri mereka. Sebab, pada masa lalu sebuah desa di kawasan timur Pati ini ternyata juga mempunyai grup kesenian panggung yang andal.

Karena itu, jika bakat tersebut diwarisi oleh cucu-cucunya, tentu sudah semestinya sehingga beberapa kali pertemuan dalam berlatih mulai dari nol, baik untuk penabuh gamelan pengiring maupunĀ  pemain ketopraknya sudah bisa membingkai sebuah seni pertunjukan. Hal tersebut memang tak bisa dilepaskan dari peran pelatih, baik pelatih gamelan maupun pelatih seni dramanya.

Akan tetapi dilatih sekeras dan disiplin tinggi, jika anak-anak yang bersangkutan tidak mempunyai minat dan bakat meskipun harus menghabiskan waktu berbulan-bulan belum tentu bisa mewujudkan harapan para pelatihnya. ”Karena itu, peran dan warisan bakat dari para tetua atau kakek serta neneknya sedikit maupun banyak ikut mempunyai andil,” ujar salah seorang warga yang di masa kecilnya pernah mengenyam bangku pendidikan di SD Negeri 02 Kedalon, Paryadi SSos.

Sebab, lanjutnya, dia masih ingat benar bahwa di Desa Kedalon, khususnya di Dukuh Tulis, tempat di mana lokasi SD tersebut pernah ada satu grup ketoprak dan satu lagi grup kesenian wayang orang. Tidak hanya itu, di dukuh lainnya yaitu Kedalon yang menjadi pusat pemerintahan desa tersebut atau lokasi SD Negeri 03 desa yang sama juga mempunyai satu grup ketoprak, sehingga dalam satu desa itu mempunyai dua grup ketoprak dan satu grup wayang orang.

Tampaknya sebagian dari anak-anak itu memang mewarisi bakat dari simbahnya yang memang pernah menjadi pemain ketoprak dan wayang orang. ”Memang benar harapan pelatihnya, bahwa setelah program GSMS selesai, maka untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam berkesenian sesuai pilihan bisa terus dilanjutkan melalui kegiatan di luar jam sekolah, utamanya pada hari Minggu,” harapnya.

Salah satu adegan perseteruan antarwarga desa Kaliampo dan Jambean Kidul yang sama-sama salah paham soal tidak mengalirnya air Kali Kedungtelo dari hulu Patiayam yang ternyata dibendung oleh Baron Skeber.

Sementara itu dalam melaksanakan program GSMS, pelatih pun membesut cerita yang sudah tidak adsing lagi bagi warga Pati, yaitu Baron Skeber serial Geger Patiayam, di mana Adipati Wasis Joyokusumo yang juga disebut Pragola I harus menghadapi orang manca negara yang hendak menaklukkan Raja Besar di Tanah Jawa. Yakni, Panembahan Senopati Pati di Mataram, tapi setelah beradu kemampuan, Baron Skeber harus mengakui keunggulan Panembahan Senopati.

Karena itu, Patiayam adalah sebagai pilihan yang harus menjadi tempatnya sebelum bertemu lagi dengan Panembahan Senopati. Akan tetapi, di Patiayam Baron Skeber harus berurusan dengan Adipati Wasis Joyokusumo karena orang bule itu beruah, membendung alur Kali Kedung Telo yang memang berhulu di Patiayam, sehingga warga yang di hilir seperti Kaliampo maupun Jambean Kidul dan sekitarnya kesulitan mendapatkan air untuk bercocok tanam.

Previous post E-Koran Samin News Edisi 15 September 2021
Next post Hanya Melihat Pos Penjagaan di Pinggir Jalan Raya; Saat Masuk ke Kampung Baru Pasti Terkecoh

Tinggalkan Balasan

Social profiles