DITUTUPNYA semua tempat beroperasinya warung remang-remang sebagai kata lain dari tempat prostitusi di Kabupaten Pati, hal itu ternyata tidak menjamin bahwa daerah dengan slogan Pati Bumi Mina Tani ini benar-benar sudah bersih atau terbebas dari praktik maksiat tersebut. Dengan demikian, ditutupnya semua lakasi itu adalah sebagai test, sejauh mana terbukanya peluang untuk hal tersebut.
Maksudnya, benar-benar sudah tertutup rapatkah peluang untuk keperluan itu, jika antara yang membutuhkan jasa dan menjual jasa masih bisa memanfaatkan celah-celah peluang yang ada. Dengan kata lain, kompleks-kompleks prostitusi di Margorejo, seperti di Lorong Indah (LI) dan yang lain memang secara resmi ditutup oleh pemerintah kabupaten setempat sudah hampir sebulan ini.
Akan tetapi, para perempuan penjual jasanya yang masih mampu berpetualang dari ranjang satu ke ranjang lain tetap masih ada peluang. Di sinilah tantangan untuk berupaya mengendusnya, bagaimana mereka masih bisa mewarnai kondisi di mana mereka, memang harus tetap bisa bekerja karena tuntutan kebutuhan hidup yang memang harus dipenuhinya.
Hal tersebut tentu bukan hal mudah, karena kemasan yang tersodor sekarang memang dibingkai sebagai penghuni tempat kost yang sudah pasti tidak bisa dijangkau jika memang mereka tidak kedapatan mesum di tempat kost. Apalagi, jika tempat kost tersebut resmi sebagai sebuah kegiatan usaha yang memang mempunyai izin usaha, serta membayar pajak atau retribusi baik tiap bulan maupun tiap tahun.
Tentang di mana antara penjual jasa dan pembeli/pemakai jasa itu melakukan eksekusi, sekarang bisa dilakukan di mana-mana. Akan tetapi bagi pengguna jasa yang kurang tepat melakukan petualanagan ”di mana-mana,” maka mereka tetap mengarahkan ke sasaran lokasi warung remang remang yang pernah ada, karena mengira dan tidak percaya kalau warung penyedia itu, untuk di Pati sudah resmi ditutup.
Bagi yang sudah mengetahui, tapi masih tetap tidak percaya sampai saat ini masih juga memasuki kompleks tersebut, baik di LI maupun KB. Apalagi, di lokasi yang disebut terakhir barangkali ada yang beranggapan bahwa pos penjagaan di pinggir jalan raya Pati-Kudus itu sudah tidak dipergunakan lagi untuk berjaga para petugas gabungan.
Sebab, pada jam-jam tersebut pada siang hari kadang juga tampak kosong seperti tidak ada petugas yang berjaga. Tapi, begitu ada yang masuk ke lokasi KB mereka pasti akan diminta putar balik oleh petugas, karena personel yang berjaga menempati pos penjagaan yang di dirikan di lokasi sekitar luar kompleks.
Hal tersebut bisa mengawasi pula satu kompleks lainnya yang jaraknya tidak terlalu jauh, yaitu kompleks Ngemblok juga di desa/kecamatan sama. Karena itu, bagi yang asal selenong masuk ke kedua lokasi tersebut, memang terlihat pos yang di pinggir jalan raya Pati-Kudus seperti tidak ada personel petugas yang jaga.
Namun dalam waktu cukup singkat, mereka akan terkecoh karena di dalam kawasan dan lingkungan kompleks itu juga ada pos penjagaannya. Mau coba, ya silakan saja.