SAMIN-NEWS.com, PATI – Dalam Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Pati sebagai bagian dari program Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, salah seorang dalang remaja di Pati yang cukup potensial, R Aditya ternyata cukup tertarik untuk ikut ambil bagian. Yakni, melatih anak-anak SD Negeri 02 Panggungroyom, Kecamatan wedarijaksa, utamanya adalah melatih anak-anak tersebut untuk bisa menabuh gamelan juga yang lain bisa bermain ketoprak.
Khusus yang disebut terakhir, untuk bisa mengagendakan seni pertunjukan tersebut yang bersangkutan bisa saling bekerja sama dengan seniman lain yang ada di lingkungannya. Dengan demikian, dia bisa lebih maksimal dalam melakukan penataan iringan gamelan, karena secara kebetulan dia selama ini dipercaya seorang yang mempunyai kegemaran mengoleksi gamelan, dan juga menyediakannya bagi anak-anak yang berminat melatih diri.
Hal tersebut juga halaman atau pelataran rumah salah seorang warga Panggungroyom itu untuk berlatih ketoprak bagi anak-anak, sehingga pihak sekolah seharusnya tidak terbebani dalam penyediaan kelengkapan yang dibutuhkan untuk keperluan itu. Akan tetapi, dari informasi yang sempat terpantau ternyata dalam lingkungan sekolah itu antara satu dan lainnya kurang menunjukkan kekompakan, sebagai upaya memberikan suport kepada anak didiknya dalam program GSMS itu.
Terlepas dari hal itu, para pelatih yang terlibat dalam persiapan pementasan hasil latihan anak-anak selama ini, adalah menjaga semangatnya agar jangan sampai patah mengingat dalam kesempatan ini, untuk pertunjukan ketoprak sudah mempersiapkan cerita yang sudah sering dimainkan grup-grup ketoprak dewasa profesional. Yakni, ”Kebo Marcuet” yang mbalela terhadap Majapahit, di mana rajanya dalam cerita ketoprak disebutkan sebagai Bromatunjung.
Kesaktian seorang manusia bertanduk dua seperti kerbau, ternyata tak ada yang mampu menandinginya sehingga raja pun membuat sayembara. Sehingga bagi yang bisa mengalahan Kebo Marcuet bisa memilih hadiah Kadipaten Blambangan atau dinikahkan dengan putri raja, Diyah Ayu Subositi yang juga dikenal dengan panggilan Kenconowungu.
Ternyata yang bisa meredam pemberontakan Kerbau Marcuet adalah Jaka Umbaran dengan nama lain Urubismo dari Pasuruan, dan tak lain adalah cucu Hajar Pamenger. Sedangkan Kerbau Marcuet sendiri adalah murid kinasih resi itu, sehingga Marcuet berhasil dikalahkan dan dibunuh oleh Jaka Umbaran setelah melalui pertarungan hidup-mati, tapi tubuh Umbaran juga tidak utuh lagi.
Karena Jaka Umbaran Lebih memilih hadiah sebagai Adipati Blambangan dengan gelar Minakjinggo, maka Subositu atau Ratu Kenconowungu yang bertahta di Majapahit sepeninggal ayahndanya menganggap tidak ada masalah dengan Minakjinggo. Akan tetapi, tiba-tiba muncul Adipati Blambangan itu menagih janji, meminang Ratu Kenconowungu.
Mengingat waktu pertunjukan hanya dibatasi dua jam, maka konflik Blambangan dengan Majapahit tentu bisa dilanjut dalam episode berikutnya. Yakni, dalam serial Damarwulan.